JAKARTA – PT Agincourt Resources memaparkan empat hasil riset unggulan di lingkungan tambang emas Martabe pada Temu Profesi Tahunan (TPT) Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) 2024.  Perwakilan perusahaan menyajikan empat makalah inovasi bidang pertambangan, khususnya yang berkaitan dengan transisi energi dan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

TPT PERHAPI merupakan ajang bergengsi bagi para profesional pertambangan untuk berbagi pengetahuan dan inovasi serta mempertemukan berbagai ahli di sektor pertambangan di Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan di Jakarta, pada 18-20 November 2024 di Jakarta.

Hendra Gunawan, Direktur Teknik dan Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang membuka acara itu mengatakan TPT PERHAPI merupakan salah satu kunci peran serta ahli pertambangan di Indonesia untuk senantiasa menjaga marwah profesi pertambangan di Indonesia.  “Pemerintah memberikan apresiasi terhadap kegiatan ini. Semoga acara ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat untuk industri pertambangan khususnya dan Indonesia secara umum,” ujarnya.

Dia berharap TPT PERHAPI mampu menghasilkan solusi tantangan transisi industri pertambangan saat ini dan pada masa yang akan datang.  “Sampai dengan September 2024, kami mencatat penerimaan negara dari subsektor minerba sebesar Rp99,34 triliun atau 87,49% dari target. Tantangan terkini dalam pengelolaan subsektor mineral dan batu bara harus disikapi dengan positif dan optimistis,” tuturnya.

Menurut Hendra, sumber daya dan cadangan minerba yang akan semakin berkurang akan menuntut industri pertambangan mengelola sumber daya dan cadangan tersebut secara optimal dengan mengembangkan teknologi dan menerapkan pertambangan yang semakin efektif serta meningkatkan upaya mengendalikan risiko keselamatan. Kemudian konsensus global khususnya terkait isu-isu penting seperti perubahan iklim dan target net zero emission, kata dia, harus diimbangi pengembangan metode pertambangan yang ramah lingkungan, serta pengurangan emisi dengan pemanfaatan energi terbarukan di kegiatan pertambangan.

Selanjutnya, ungkap Hendra, penguatan pertama prinsip-prinsip ESG pada subsektor pertambangan minerba untuk keberlanjutan usaha dan meningkatkan daya saing. Pengelolaan lingkungan hidup pertama yang semakin menjadi salah satu aspek fundamental yang diperlukan khususnya di masa transisi energi menuju energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan.

“Diperlukan program pascatambang yang komprehensif dan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya maupun lingkungan sehingga akan tetap tercipta kehidupan dan kesejahteraan setelah kegiatan pertambangan berakhir. Untuk mendukung penguatan penerapan ESG tersebut harus memperoleh dukungan masyarakat atau social license sehingga operasional terus berjalan,” tuturnya.

Inovasi Tambang Emas Martabe

Tambang Emas Martabe terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara yang memiliki luas wilayah per Desember 2023 sekitar 657 hektare, dan memulai produksi pada tanggal 24 Juli 2012 dengan Kapasitas hingga 7 juta ton bijih serta mampu menghasilkan produksi sekitar 200 ribu ounce emas dan 1-2 juta ounce perak per tahun.  Penambangan pertama dilakukan pada Pit Purnama pada 2011. Sebanyak 3.9 juta ton bijih telah ditambang dari Pit Purnama pada 2023.

Di ajang TPT ke-33 PERHAPI tersebut,  Senior  Mine Geologist Agincourt Resources Wisnu Astawam mewakili anggota tim yang lain Latipa Henim Siregar dan  Zulhayuddin Hasibuan mempresentasikan inovasi Optimalisasi Akurasi Estimasi Cadangan Emas Model Blok Pit Purnama Tambang Emas Martabe Menggunakan Metode Pemboran Kombinasi Reverse Circulation dan Diamond Drilling. Selainjutnya, Destaria V Siregar memaparkan hasil penelitian yang terkait dengan  Transformasi Proses Pengeboran untuk Peningkatan Kualitas Pengeboran, Peningkatan Produktivitas Serta Cost Efficiency di PT Agincourt Resources.

Roy A Ginting, Senior Surveyor Mining Agincourt Resources, menjelaskan hasil riset yang berjudul Strategi Kontrol Overcut pada Dinding Akhir untuk Mengurangi Kehilangan Bijih dalam Operasi Penambangan di PT Agincourt Resources. Pemakalah terakhir, Ira Swara Febyola Manik, TSF Engineer Agincourt Resources, menjelaskan tentang Geotechnical Investigation of Colluvial Materials or Residual Soil of The Martabe Gold Project: Vane Shear Tests nd Undisturbed Block Sampling.

Roy Ginting mengatakan keikutsertaannya di TPT PERHAPI sangat bermanfaat karena ia dapat berbagi serta memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pertambangan dalam skala industri tambang di Indonesia.  “Kami sangat bersemangat mengikuti acara ini karena kami meyakini bahwa pertumbuhan perusahaan salah satunya ditunjang oleh inovasi dan terbuka terhadap pengetahuan. Maka itu, riset-riset yang kami presentasikan di acara ini merupakan kontribusi kami terhadap perkembangan industri pertambangan di Indonesia,” tuturnya.

Pada acara tersebut, Roy menjelaskan di tambang emas Martabe beberapa waktu lalu terjadi overcut atau kelebihan penggalian yang terjadi pada saat pembentukan lereng dalam proses penambangan. Kelebihan penggalian ini dapat menyebabkan lereng menjadi lebih terjal dan berdampak pada stabilitas lereng tersebut. Penyebab utama terjadinya overcut adalah kurangnya kesadaran tim yang terkait dalam koordinasi operasional pencapaian area kritis dinding dan lantai. “Selain itu, disebabkan pemantauan dan penandaan batas penggalian yang tidak memadai serta tidak ada pencatatan serta pembaruan topografi sebelum penggalian,” jelas alumni UGM itu.

Untuk mengendalikan overcut, kata dia, tambang emas Martabe menerapkan beberapa strategi berupa peningkatan disiplin dan kesadaran di antara kru kontraktor, mengimplementasikan pemetaan dan penandaan visual pada batas-batas area, dan membuat catatan untuk tahap penggalian dan penggunaan indikator kinerja. “Strategi lain yang dijalankan adalah penyesuaian desain dan mengurangi sudut tajam pada desain dinding untuk stabilitas yang lebih baik,” terangnya.

Roy menambahkan pentingnya peningkatan aspek komunikasi untuk mengendalikan overcut. Saat ini, telah ada WhatsApp Group (WAG) untuk pelaporan kondisi lapangan secara real time. Agincourt mengembangkan hierarki komunikasi yang terstruktur untuk memastikan respons dan penyelesaian masalah tepat waktu. “Terdapat pula kelompok komunikasi khusus antara operator, insinyur dan kontraktor,” kata dia.

Ke depan, sambung Roy, untuk mengendalikan overcut diperlukan integrasi lebih lanjut untuk pemantauan lapangan. Selain itu, dibutuhkan pelatihan berkala untuk operator dan surveyor, serta perluasan pemantauan real time dan drone di seluruh area terutama pada area yang berisiko tinggi.(lha)