JAKARTA-  PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas di bawah PT Pertamina (Persero), mencatatkan kinerja finansial kurang cemerlang sepanjang 2019. Bahkan, raihan laba bersih (net profit) perusahaan pada tahun lalu adalah yang terendah sejak 2014.

Mengutip laporan keuangan perusahaan kepada Bursa Efek Indonesia, Jumat (20/3), Perusahaan Gas Negara (PGN) membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 3,85 miliar, turun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang tercatat US$ 3,87 miliar.

Di sisi lain, beban pokok pendapatan (COGS) justru naik menjadi US$ 2,62 miliar ketimbang COGS 2018 yang tercatat US$ 2,56 miliar. Hal ini menyebabkan penurunan laba kotor dari US$ 1,31 miliar pada 2018 menjadi US$ 1,23 miliar pada 2019.

Laba bersih PGN sepanjang 2019 juga tak terlalu menggembirakan, yaitu hanya uS$ 67,58 juta, turun sangat dalam, yaitu 78% dari laba bersih 2018 sebesar US$304,99 juta. Penurunan laba bersih PGN disebabkan terjadinya penurunan nilai aset tetap, yaitu US$ 98,3 juta dan provisi atas sengketa pajak yang sangat besar, yaitu US$ 127,72 juta.

Secara historis, laba bersih PGN cenderung turun sejak 2014 kendati pada 2018 sempat naik. Pada 2014, PGN membukukan laba bersih US$ 711 juta, turun menjadi US$ 402,75 juta pada 2015, dan menjadi US$ 308,58 juta pada 2016. Laba bersih perusahaan turun lagi menjadi US$ 253,28 juta pada 2017 dan naik menjadi US$ 364,64 juta pada 2018.

Padahal dari sisi net revenues perusahaan justru cenderung turun dari 2014 hingga 2016 untuk kemudian naik lagi pada 2017. Pada 2014, penjualan bersih perusahaan US$3,25 miliar, turun ke US$ 3,07 miliar pada 2015 dan US$ 2,93 miliar pada 2016. Pada 2017 justru naik ke US$ 3,57 miliar dan meroket lagi ke US$ 3,87 miliar.

Di sisi lain, COGS emiten distribusi dan transmisi gas itu justru cenderung naik. Pada 2014, COGS PGN masih US$ 1,96 miliar, naik ke US$ 2,1 miliar pad 2015 dan 2016 menjadi US$ 2,04 miliar. Pada 2017 beban pokok pendapatan mencapai US$ 2,39 miliar dan 2018 menjadi US$ 2,56 miliar. (DR)