JAKARTA – PT PLN (Persero) tengah menggenjot penggunaan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT). Namun niatan itu memiliki rintangan yang tidak kecil. Selain pendanaan atau kebutuhan investasi yang besar, harga jual listrik yang masih tinggi serta masalah teknis pembangkit yang bersifat intermiten menjadi sederet masalah yang menghadang imlementasi EBT di tanah air. Siapa sangka ada satu masala serius dihadapi PLN.

Fabby Fumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Reform (IESR), mengatakan masalah besar dihadapi PLN dalam mengimplementasikan EBT justru datang dari dalam internal PLN.

“Salah satunya adalah tarik-tarikan kepentingan internal PLN untuk tetap mempertahankan PLTU dan batubara dan kondisi PLN yang saat ini mengalami over supply,” kata Fabby kepada Dunia Energi, Jumat (12/2).

Fabby melihat PLN masih ragu-ragu untuk melakukan transisi energi jangka panjang yang memerlukan transformasi bisnis secara radikal. Transformasi besar-besaran justru dilakukan PT Pertamina (Persero) yang sudah mulai berinvestasi di energi masa depan.

Beberapa strategi perusahaan migas plat merah itu justru menunjukkan bahwa ke depan Pertamina tidak hanya akan jualan minyak dan gas. Misalnya saja dengan pembangunan green refinery ataupun rencana pembangunan PLTS di seluruh SPBU dan operasionalnya baik di hulu maupun hilir.

“Coba bandingkan dengan Pertamina yang lebih siap mengantisipasi perkembangan transisi energi global, yang diikuti dengan transformasi bisnis yang cukup radikal, termasuk mereka masuk ke bisnis energi terbarukan dengan kapasitas yang cukup besar,” kata Fabby.

Dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RPJPP), PLN menargetkan kapasitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 12,8 Giga Watt (GW) pada 2024.

Untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), PLN menargetkan kapasitas EBT dapat mencapai 16,3 GW pada 2024. Sementara dalam target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) pada 2025 kapasitas EBT diproyeksikan dapat mencapai 19,9 GW. Untuk melaksanakan mandat nasional tersebut berarti dibutuhkan insiatif untuk penambahan 3,5 GW pada 2024 dan 7,1 GW pada 2025.

PLN telah mengidentifikasi tiga rangkaian insiatif untuk mengejar target tersebut, yakni implementasi RJPP, meluncurkan green booster, dan membangun EBT skala besar.(RI)