JAKARTA – Emisi gas buang CO2 di Indonesia dari hasil kegiatan produksi gas sangat tinggi padahal dengan pengelolaan yang tepat, emisi tersebut bisa dijadikan sebagai alat peningkatan produksi minyak melalui mekanisme Enhanced Oil Recovery (EOR). Hal itu sejalan tentu penggunaan emisi baik untuk lingkungan. Untuk itu ke depan pemerintah akan menginisisasi proyek Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).

Tutuka Ariadji, Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan ada beberapa proyek CCUS yang berpotensi besar bisa diintegrasikan dengan EOR dengan menginjeksikan CO2 ke dalam reservoir sumur – sumur produksi.

Saat ini study proyek CCUS memang masih dilakukan di beberapa blok migas tersebut. Adapun proyek CCUS yang bisa diintegrasikan dengan EOR di antaranya ada di Blok Gundih, Lapangan Sukowati, Lapangan Limau Niru, dan Blok Tangguh.

Selain itu juga rencananya akan dilakukan studi awal CCUS oleh Repsol di Blok Sakakemang dan di komplek Arun oleh ODIN Reservoir Consultants.

Tutuka mengatakan untuk Feasibility Study (FS) CCUS di Gundih digarap oleh CoE CCSICCUS ITB, J-Power 8 JANUS pada Juni 2020 hingga Februari 2021.

Kemudian integrasi penggunaan CO2 untuk EOR di Sukowati oleh Pertamina EP (CCUS Study Supported by Japex & CoE CCS/CCUS LEMIGAS)

Selanjutnya ada FS integrasi CCUS CO2 juga menjadi EOR di Limau Niru oleh Japex & CoE CCS COUS LEMIGAS.

“MRV Methodology for CCUS/CO2-EOR by Japex & CoE CCS/CCUS LEMIGAS 5. CO2 Source-Sink Match by COE CCS/CCUS ITB & JANUS,” kata Tutuka

Lalu ada juga FS Tangguh CCUS.CO2-EGR BP Berau Ltd. & ITB (September – Desember 2020). Sudah masuk proposal kolaborasi dari of ODIN Reservoir Consultants untuk melakukan FS pembangunan Arun CCUS/CO2-EGR.

Sakakemang CCS Study oleh Repsol dilakukan dengan opsi proyek CCUS yang bisa diintegrasikan juga dengan program EOR.

“Ditjen Migas meminta Repsol untuk mempertimbangkan CCUS.CO2 msnjadi EOR/CO2 EGR” kata Tutuka.

Dari study tersebut ada tiga yang kemungkinan besar bisa direalisasikan dengan potensi pengurangan emisi yang cukup besar yakni dari Gundih, Sukowati dan Tangguh. CCUS Gundih sendiri kata Tutuka bisa menekan emisi hingga 3 juta selama 10 tahun, lalu CCUS di Sukowati sekitar 15 juta ton selama 25 tahun dan yang terbesar ada CCUS Tangguh yang diproyeksikan bisa tekan emisi CO2 30 juta ton untuk 10 tahun. “Total kurang lebih 48 juta tCO2 bisa berkuran,” kata Tutuka.

Salah satu tantangan dalam mengembangkan CCUS adalah aturan mengenai harga karbon yang belum baku. Untuk itu Tutuka mendorong agar Kementerian Ligkungan Hidup dan Kehutanan (LKH) bisa segera merumuskan aturan main pengelolaan emisi CO2.

“Serta harus ditingkatkan koordinasi dengan SKK Migas, MOEF, COE CCS / CCUS, PSC kontraktor dan stakeholder lainnya dalam mendukung pengembangan CCUS,” tegas Tutuka.(RI)