JAKARTA – Berbagai proyek, termasuk di proyek hulu minyak dan gas terdampak penyebaran wabah virus corona atau Covid-19. Salah satunya adalah pembangunan Tangguh Train 3 yang dikerjakan British Petroleum (BP).

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan karena adanya wabah corona maka ada perubahan dalam mobilisasi pekerja. BP saat ini memberlakukan pembatasan jumlah orang kerja untuk meminimalisasi mobilisasi orang di area kerja. Dampaknya akan terasa dengan perubahan kebijakan tersebut.

SKK Migas sudah meminta BP juga menyiapkan rencana dan strategi lanjutan untuk merespon dampak yang nanti timbul dengan pembatasan pergerakan tenaga kerja. “Kemungkinan ya akan ada dampak (proyek Tangguh Train 3), tetapi sejauh mana masih kami monitor. Nanti pasti ada recovery plan untuk bisa back on the track,” kata Julius saat dihubungi Dunia Energi, belum lama ini.

Saat ini proyek Tangguh sedang dalam proses konstruksi. Pembangunan train 3 ini sebelumnya juga sempat alami kemunduran. Meskipun ada dampak, SKK Migas tetap meminta BP untuk mengejar komitmennya untuk merampungkan Train 3 pada tahun depan, tidak lagi ada kemunduran.

“Paling di konstruksi akan ada dampak sedikit di Tangguh, kalau Engineering dan Procurement sudah oke. Pastinya harus akan ada double effort untuk recovery,” kata Julius.

Proyek pengembangan Tangguh Train 3 sudah diprediksi molor. Semula Tangguh Train 3 selesai pada kuartal III 2020, namun kemudian diundur satu tahun menjadi 2021. Berdasarkan laporan BP yang pernah disampaikan ke SKK Migas, terjadi beberapa permasalahan di Engineering Procurement Construction (EPC).

Tangguh Train 3 merupakan proyek ketiga BP di Blok Berau. Total proyeksi kapasitas produksi train 3 adalah sebesar 700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan minyak sekitar 3.000 barel per hari (bph). Proyek Tangguh juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga pemuatan LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Produksi gas dari train 3 nantinya sebagian besar atau sekitar 75% akan diserap PT PLN (Persero) untuk bahan baku Pembangkit Tenaga Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa I.

Selain PLN, juga telah dialokasikan sebesar 20 MMSCFD untuk kebutuhan listrik wilayah Papua Barat. Sisanya, diserap konsumen yang sudah menandatangani kontrak pembelian, yakni Kansai Electric Power Company dari Jepang.(RI)