JAKARTA – Pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif terhadap berbagai sektor, termasuk bisnis tambang mineral dan batu bara di tanah air. Perusahaan tambang nasional yang tergabung dala holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang yang tergabung dalam Mineral Industry Indonesia (MIND ID) pun ikut terkena imbas. Untuk itu sudah disiapkan berbagai langkah untuk merespon kondisi tersebut.

Orias Petrus Moedak, Direktur Utama MIND ID, mengatakan pandemi menyebabkan harga komoditas tambang turun, ini tentu berpengaruh terhadap bisnis tambang.

“Pertama karena melihat tren harga yang menurun dan permintaan turun, yang kami laukan strest test terhadap semua anggota MIND ID atau Inalum. Kami membaca pergerakan pasar sejauh mana performance keuangan akan berdampak Covid 19,” kata Orias disela rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa (30/6).

Orias mencontohkan untuk aluminium saja pada awal tahun diprediksi harganya bisa menyentuh US$1.894 per ton, realisasinya saat ini harga aluminium hanya US$1.500 per ton.

“Semua komoditi itu turun. Aluminium, bauksit, timah, tembaga, dan batu bara. Paling hanya emas saja yang masih mencatatkan harga yang baik, malah cenderung meningkat,” kata Orias.

Menurut Orias, setelah mendapatkan kajian tersebut, perusahaan membuat perencanaan dengan efisiensi mulai dari penyeleksian pelaksanaan dan target penyelesaian proyek yang dikerjakan oleh perusahaan dibawah MIND ID.

“Penjadwalan kegiatan-kegiatan karena memang proyek-proyek besar terdampak sendirinya. Tanpa kami jadwalkan mitra tidak bisa bergerak,” kata dia.

Orias berharap pandemi bisa segera berakhir, sehingga dampak panjangnya tidak sampai dirasakan. Namun demikian manajemen tetap harus siapkan berbagai skenario jika dampak dari kondisi ini terus berlangsung. Sebagai respon awal efisiensi besar-besaran yang akan dilakukan tidak akan menyentuh langsung ke karyawan.

“Kami melakukan efisiensi, tapi belum menyentuh yang secara langsung pekerja.  Kami melihat yang berdampak kepada pekerja pilihan terakhir untuk efisiensi,” kata Orias.

Dia menuturkan, hasil evaluasi pada Juni ini akan menjadi bahan untuk dilakukan efisiensi yang langsung menyentuh ke karyawan di perusahaan-perusahaan di bawah MIND ID.

“Terkait pekerja kami akan melihat hasil dari kuartal kedua Juni bagaimana Covid-19.  Bisnis ke depan seperti apa, demand dan harga seperti apa. Nanti di akhir Juli kami akan mengadakan rapat lengkap seluruh direksi dan komisaris dari MIND ID kami akan evaluasi dampak Covid ini apakah mengambil langkah efisiensi lebih lanjut yang mungkin menyentuh pekerja,” kata Orias.

Beberapa langkah efisiensi misalnya tentang kebijakan tunjangan kepada pekerja hingga yang terburuk adalah merumahkan pekerja. Untuk opsi terakhir Orias menuturkan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

“Seadainya harus ke sana pilihan-pilihan sudah kami siapkan. Pertama penjadwalan shifting kerja, akan menyentuh tunjang-tunjangan dulu. Baru kemungkinan ada pemotongan gaji, sampai kepada dirumahkan tapi langkah yang masih sangat jauh, mungkin akan kejadian 2-3 tahun lagi,” ungkap Orias.

Skenario yang dibuat bukan tanpa alasan, untuk kontribusi kepada negara saja MIND ID memproyeksi akan ada penurunan tajam dibandingkan kontribusi pada periode sebelumnya.

Hingga akhir 2020, MIND ID memproyeksikan kontribusi holding tambang ke negara anjlok hingga 50% atau hanya sekitar Rp10 triliun hingga Rp11 triliun saja. Padahal kontribusi holding tambang pada 2019 bisa mencapai Rp22,9 triliun.

“Kuartal satu tahun ini kontribusi kami pada penerimaan negara sebesar Rp 2,3 triliun. Akhir tahun kami masih berharap bisa membukukan paling tidak di angka Rp10 triliun. Memang penurunannya sampai 50%,” ujar Orias.

Dia menjelaskan penurunan ini sejalan dengan penurunan demand di pasar karena dampak covid-19. Ia menjelaskan misalnya saja di sektor batu bara yang selama ini jadi andalan penerimaan dimana permintaan batu bara dari PLN anjlok akibat konsumsi listrik juga menurun.

“Lalu terjadi penurunan demand. yang siginifikan di Batubara, terutama untuk pemakaian demand PLN dan pemakaian listrik. Ini menurunkan produktivitas PTBA dan juga penurunan harga batubara global,” kata Orias.(RI)