JAKARTA – Pembangunan New Grass Root Refinery (NGRR) atau Kilang Bontang di Kalimantan Timur akan dipercepat. PT Pertamina (Persero) akan menggabungkan lelang paket desain rinci atau Front End Engineering Design (FEED) dan rekayasa, pengadaan, dan konstruksi Eengineering, Procurement, and Construction (EPC) proyek.

Ignatius Tallulembang, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, mengatakan saat ini berbagai persiapan untuk melalukan lelang untuk dua paket sekaligus sedang dipersiapkan. Selama ini lelang FEED dan EPC dilakukan secara terpisah. Setelah lelang FEED rampung, baru lelang EPC digelar. Proses dua kali lelang ini bisa memakan waktu hingga satu tahun. Sehingga, penggabungan lelang dapat memangkas waktu dan efisiensi biaya proyek.

Menurut Tallulembang, menggabungkan dua paket lelang dalam satu proses kini tengah menjadi tren di dunia termasuk digunakan ExxonMobil ketika membangun kilangnya di Singapura.

“Dengan konsep baru yang sedang kami pelajari ini, nanti akan ada roadshow ke perusahaan-perusahaan yang memiliki reputasi membangun kilang, untuk melakukan percepatan. Itu bisa maju 1-2 tahun,” kata Tallulembang di kantor pusat Pertamina, Selasa malam (27/5).

Pertamina tidak sendiri dalam membangun kilang Bontang. Ada Overseas Oil and Gas (OOG) dari Oman sebagai mitra dan telah menyatakam mendukung langkah Pertamina ini.

Tallulembang mengatakan, pihak OOG tidak mempermasalahkan strategi Pertamina dalam melakukan akselerasi percepatan pembangunan kilang. “Karena mereka tahu Pertamina kan pengalaman, bukan mengoperasikan saja, bangun juga, seperti Balongan segala macem. Kami siapkan resources juga kan,” ungkap Ignatius.

Kilang Bontang merupakan bagian dari enam proyek kilang yang digarap Pertamina. Proyek upgrading dikerjakan perseroan untuk empat kilang eksisting lainnya, di Balikapapan, Kalimantan Timur, di Balongan, Jawa Barat; Dumai, Riau; serta Cilacap, Jawa Tengah. Sementara proyek kilang baru lainnya, yakni Kilang Tuban di Jawa Timur.

Dalam road map pembangunan kilang Pertamina kilang Bontang dijadwalkan rampung pada 2026. Jika memang strategi perusahaan berjalan mulus, Tallulembang memproyeksikan percepatan pembangunan kilang bisa mencapai dua tahun. Salah satu syarat utama agar percepatan bisa dicapai adalah pelaksana atau pemenang tender nantinya harus yang memiliki pengalaman mumpuni dalam membangun kilang.

“Nanti akan ada roadshow ke perusahaan-psrusahapyang memang ada reputasi membangun, utnuk melakukan percepatan, itu bisa maju 1-2 tahun,” ujar Tallulembang.

OOG sendiri sebagai mitra Pertamina baru saja melakukan open bidding di Singapura kepada perusahaan engineering dengan reputasi bagus untuk melakukan kajian kelayakan finansial. Kajian ini akan digunakan sebagai acuan oleh para pemberi pinjaman dan perbankan untuk turut serta mendanai proyek kilang baru tersebut. Kilang Bontang membutuhkan total investasi antara US$10 miliar-US$15 miliar.

“Rencananya, kajian tersebut akan disampaikan kepada para lender dan perbankan di dalam dan luar negeri pada Desember 2019,” kata Tallulembang.(RI)