JAKARTA – PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), cucu usaha PT Pertamina (Persero) menerapkan metode baru komplesi sumur yang siap memproduksi minyak dan gas tanpa menggunakan rig (rigless). John Anis, General Manager PHM, mengatakan metode baru yang diterapkan engineer PHM adalah dengan merakit alat khusus, yakni Hydraulie Workover Unit (HWU). Penggunaan unit baru ini diklaim jauh lebih efisien dibanding melakukan proses komplesi yang biasanya menggunakan rig.

“Kami sangat serius mengupayakan cost effectiveness dalam operasi melalui pengembangan berbagai inovasi. Selain juga terus berupaya melawan tren penurunan produksi alamiah di wilayah kerja Mahakam. Paling utama kami tidak boleh sedikitpun mengorbankan aspek keselamatan,” kata John dalam diskusi dengan media di Jakarta, Senin (23/9).

John mengatakan untuk biaya pengeboran swamp rata-rata bisa menghabiskan dana sekitar US$4 juta. Untuk offshore biasanya menghabiskan dana US$8 juta-US$10 juta.

Dari hasil uji coba, metode rigless bisa menurunkan biaya pengeboran hingga 40% untuk pengeboran rawa (swamp) dan 50% efisiensi untuk pengeboran area lepas pantai. Metode baru tersebut membuat penggunaan rig di Blok Mahakam bisa berkurang.

“Jadi rig yang digunakan berkurang, tapi produksi tidak. Jadi ini menciptakan efisiensi biaya,” kata John.

HWU telah di ujicoba di sumur produksi TN-AA371 yang berpotensi mengalami masalah kepasiran di Lapangam Tunu. PHM mampu menghemat biaya pemasangan teknologi komplesi sumur dengan filter kepasiran yaitu Multi Zone Single Trip – Grabel Pack (MZST-GP) atau setara dengan US$340 ribu atau lebih murah dibanding dengan biaya penggunaan rig konvensional pada operasi yang sama.

Teknologi MZST-GP ini sendiri telah digunakan di 170 sumur Lapangan Tunu atau 10% daei seluruh jumlah sumur di sana. Selama ini pemasangan MZST-GP selalu menggunakan rig. Pada tahun ini ada lima rig yang dioperasikan di Blok Mahakam, dengan menggunakan HWU diharapkan penggunaan rig pada tahun depan akan dikurangi tanpa haeus mengorbankan produksi.

Penggunaan HWU diinisiasi sejak November 2018 dan diintensifkan pada awal 2019. Aplikasi HWU merupakan yang pertama kali digunakan di Blok Mahakam ataupun Indonesia.

“Keberhasilan ini merupakan tonggak sejarah, mengingat sistem MZST-GP ini tergolong teknologi komplesi yang sangat kompleks dan instalasinya melibatkan banyak pihak. Dan kami menemukan metode untuk mengurangi pemakaian rig, sehingga signifikan memangkas biaya sumur,” kata John.

PHM tidak sendiri dalam mengembangkan HWU, tapi ada beberapa mitra diajak bekerja sama, diantaranya, PT Elnusa Tbk sebagai pemilik anjungan HWU, PT Pelayaran Roylea Marine Line sebagai pemilik baege Sea Heaven, dan PT Dowell Anadril Schlumberger sebagai pemilik barge Naga Biru yang mendukung pemompaan. Nantinya PHM juga berniat untuk memperluas variasi kegiatan operasi pengerjaan sumur tanpa rig seperti rigless workover yang sedang dilakukan di lapangan Tunu, Tambora dan Handil serta lapangam Offshore lainnya. Lalu offline well sidetrack preparation yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Rigless completion serta rigless drilling.(RI)