TANJUNG – PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama di bawah koordinasi SKK Migas, kembali membuat inovasi dalam upaya meningkatkan produksi minyak di wilayah kerja (WK)-nya. Di area operasi Asset 5 tepatnya di Tanjung Field, Pertamina EP resmi menguji coba metode perolehan minyak tahap lanjut (Enhanced Oil Recovery / EOR) dengan metode polymer flooding pada satu klaster di Tanjung Field, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.

“Dengan EOR polymer full scale, produksi Tanjung Field bisa ditingkatkan menjadi 5.000 bph,” kata Andi Wardana Bachtiar, Vice President EOR Project Pertamina EP saat peresmian Tanjung Polymer Field Trial di Lapangan Tanjung, Tabalong, Kamis (20/12).

Tanjung Field yang terletak di Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan masuk dalam wilayah kerja Pertamina EP Asset 5. Selain Tanjung, empat lapangan lainnya yang dikelola Asset 5 adalah Sangasanga dan Sangatta di Kalimantan Timur serta Tarakan dan Bunyu di Kalimantan Utara.

Hingga pertengahan Desember, produksi minyak di Tanjung Field mencapai 3.254 barrel oil per day (BOPD) dan realisasi gas mencapai 1.098,99 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).

Untuk Pertamina EP Asset 5 secara keseluruhan, produksi minyak berada di kisaran 18.252 BOPD dan produksi gas di kisaran 15,81 MMSCFD.

Menurut Andi, produksi Lapangan Tanjung paling rendah di antaranya lapangan lainnya yang ada di Asset 5. Padahal, cadangan minyak yang ada masih sangat besar. “Kalau ini bisa diimplementasikan secara full scale, peningkatan produksinya akan signifikan,” katanya.

EOR adalah metode perolehan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa dari material atau fluida khusus yang tidak terdapat dalam reservoir minyak. Umumnya, EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diproduksikan (mature field) dengan tujuan mengambil minyak tersisa yang tidak dapat diproduksikan dengan metode perolehan primer dan sekunder (water flooding). Beberapa teknik EOR yang banyak dikenal hingga saat ini adalah injeksi uap panas (steam flooding), injeksi kimia (chemical flooding), dan injeksi gas (gas flooding).

Menurut Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama Pertamina EP, proven resources dengan tingkat kesulitan eksplorasi terendah praktis kini telah habis dieksploitasi dan menyisakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Karena itu, diperlukan teknologi yang lebih canggih.

“Salah satunya dengan EOR yang dapat meningkatkan jumlah minyak diekstrak dari ladang minyak mencapai 30-60%, dibandingkan 20-40% dengan menggunakan primary dan secondary recovery,” ujar Nanang.

Nanang menambahkan, pemilihan metode injeksi polymer di Tanjung Field didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dengan mempertimbangkan temperatur reservoar, fluida reservoar dan kondisi geologi. Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan di dunia.

“Desain pilot injeksi dibuat dengan kebutuhan polymer sebanyak 70 ton, volume larutan polymer yang diinjeksikan adalah 200 ribu barrel dengan konsentrasi 2000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barrel per hari,” ujar Nanang.

Sejak 2016, Pertamina EP telah melakukan studi laboratorium dengan bantuan pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Uji laboratorium bertujuan untuk mendapatkan polymer yang tepat dan efisien untuk digunakan di Tanjung Field.(AT)