JAKARTA – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksi target pertumbuhan pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2022 tidak akan mencapai target seperti yang ditetapkan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), mengungkapkan implementasi EBT di Tanah Air harus diakui memiliki banyak tantangan. Kondisi ini berdampak betul terhadap realisasi pengadaan pembangkit EBT.

Target bauran energi hingga  2022 sebetulnya hanya 15,07%. Tapi, hingga akhir 2021 realisasinya baru 12,16%. Apabila tahun ini  mau mencapai target tersebut,  pertumbuhan bauran energi yang harus dikejar sebesar 3%.

“Tapi dari angka kalkulasi yang kami lakukan, tidak mungkin  akan mencapai 15,07% untuk 2022,” kata Dadan, di Kompleks Parlemen, Selasa (7/6).

Proyeksi tersebut, kata dia, bisa dilihat dari indikator utama yaitu penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT. Faktanya  bisa ditunjukkan dari pemanfaatan EBT berkelanjutan dalam sistem on grid.  “Sampai Mei baru mencapai 66 Megawatt (MW) dari taregt 647,8 MW di 2022. Ini baur 10%, Kemudian untuk impelementasi bahan bakar nabati B30 di dalam campuran solar yang digunakan di Indonesia target 2022 10,1 juta Kiloliter (KL) perjalananya cukup baik dari sisi sesuai target angkanya capaian 37,5% sampai akhir Mei 2022,” jelas Dadan. (RI)