Blok Mahakam, blok migas yang menjadi kontributor utama produksi gas nasional.

JAKARTA – Pemerintah dinilai harus serius berbenah guna meningkatkan investasi di sektor hulu migas, sehingga membuka peluang untuk mendapatkan cadangan. Apalagi berdasarkan kajian Indonesian Petroleum Association (IPA, jika konsumsi gas domestik terus meningkat tanpa diikuti penambahan cadangan, Indonesia akan menjadi net importir gas empat tahun mendatang.

“Indonesia pada 2002 telah menjadi net importir minyak. Seiring terus menurunnya produksi migas nasional diperkirakan akan menjadi net importir gas pada 2022,” kata Ronald Gunawan, Presiden IPA disela pelaksanan IPA Convex 2018 di JCC, Rabu (2/5).

Dia menambahkan tren penggunaan gas terus meningkat sesuai dengan porsi energy mix yang sudah diproyeksikan pada Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Porsi gas menjadi 22% pada 2025 dan penggunaannya akan meningkat hingga 24% dari porsi energy mix nasional pada 2050.

“Impor gas kami lihat dari RUEN 2022 dengan tumbuhnya konsumsi dalam negeri kalau tidak ada penambahan reverse signifikan kemungkinan kita jadi net inportir gas,” ungkap Ronald.

Pekerjaan yang harus segera diselesaikan menurut Ronald adalah memperbaiki iklim investasi yang sempat anjlok saat harga minyak dunia turun drastis. Ketika harga minyak dunia kembali merangkak naik maka persaingan antar negara dalam bisnis migas juga turut meningkat. Indonesia harus menata diri agar bisa kembali dilirik para investor.

Amien Sunaryadhi, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengungkapkan Indonesia tidak boleh lagi menutup diri dalam kondisi sekarang karena negara pesaing juga melakukan pembenahan dalam rangka memperbaiki iklim investasi.

“Untuk mendorong investasi dalam negeri kita harus liat negara lain juga  seperti apa. Investor itu bisa memilih mau investasi di mana. Jadi kita harus perhatikan mereka, business environment kita harus lebih kompetitif dari mereka,” kata Amien.(RI)