JAKARTA – PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) membukukan kinerja keuangan negatif pada enam bulan 2018 dengan kerugian bersih US$14,26 juta, jauh menurun dibanding periode yang sama tahun lalu yang meraih laba bersih US$107,04 juta.

Selain faktor penurunan pendapatan dan kenaikan beban pokok, tidak adanya penghasilan dari penyesuaian pajak menjadi penyebab kerugian Energi Mega. Pada periode enam bulan 2017, Energi Mega mencatat penyesuaian pajak sebesar US$162,29 juta.

Energi Mega mencatat pendapatan yang lebih rendah sepanjang periode semester I 2018. Hingga akhir Juni 2018 pendapatan yang diraih US$135,53 juta, turun dibanding periode sama 2017 sebesar US$167,62 juta.

Syailendra S Bakrie, Chief Executive Officer Energi Mega, mengatakan penyerapan gas diharapkan akan bertambah di semester kedua 2018, seiring perjanjian jual beli gas yang didasari  ketentuan take or pay.

“Produksi turun dampak dari menurunnya penyerapan oleh para konsumen,” kata Syailendra, Kamis (1/11).

Berdasarkan laporan keuangan tengah tahunan yang baru dirilis, beban pokok pada setengah tahun 2018 justru meningkat menjadi US$109,39 juta dibanding periode sama 2017 sebesar US$105,18 juta. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya aktivitas pemboran untuk meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) pada awal 2019.

Menurut Syailendra, Energi Mega tercatat telah melakukan beberapa pemboran di sumur-sumur pengembangan dan eksplorasi di aset minyak Malacca Strait, Gebang, Sumatera dan aset gas Bentu di Sumatera serta Kangean di Jawa Timur.

“Kami berharap dapat meningkatkan produksi migas dari aset-aset ini pada semester pertama 2019,” kata Syailendra dalam keterangan tertulisnya.

Energi Mega Persada adalah perusahaan hulu minyak dan gas yang mengoperasikan tujuh aset minyak, gas, dan gas metana batu bara. Sepanjang periode enam bulan pertama tahun 2018, perusahaan memproduksi 1.600 barel minyak per hari dan 143 juta kaki kubik gas per hari. Per 30 Juni 2018 Energi Mega Persada memiliki cadangan terbukti, terukur, dan terkira sebesar 8.5 juta barel minyak dan 1.2 triliun kaki kubik gas.

“Kami berharap dapat memperbaiki keuangan mulai awal tahun depan yang didukung oleh pertumbuhan produksi dan aset di Riau, Sumatera Utara, dan Jawa Timur,” kata Edoardus A Windoe, Chief Financial Officer Energi Mega.(RA)