KARAWANG – Satu unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) resmi beroperasi di Karawang International Industrial City (KIIC). SPBG tersebut merupakan bagian dari bantuan New Energy Technology Development Organization (NEDO).

Ego Syahrial, Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kehadiran SPBG KIIC menjadi salah satu bukti bahwa pemerintah masih berkomitmen untuk mendorong gas sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak.

“Persiapan penggunaan bahan bakar lebih bersih. Dalam peningkatan gas bumi, kami merealisasikan kerja sama yang sebenarnya dimulai pada akhir Desember 2017. NEDO dan pemerintah Indonesia benar-benar terjadi. Kerja sama ini tidak bangun satu tapi ada dua lagi di Jakarta dan Kab Tangerang. Jadi total ada tiga SPBG,” kata Ego disela peresmian SPBG di Karawang, Selasa (17/12).

NEDO total menggelontorkan dana bantuan mencapai US$12 juta untuk pembangunan tiga SPBG. Setelah di Karawang akan beroperasi juga satu di Jakarta dan satu lagi di Tangerang. SPBG Jalan Abdul Muis Jakarta dan Jalan Sudirman Tangerang ditargetkan selesai pada Maret 2020.

Pelaksana kerja sama diwakili oleh PT Pertamina (Persero) dan NEDO diwakili Entrusted Parties (Toyota Motor Corporation, Toyota Tsusho Corporation, Hino Motors Ltd.,Toho Gas Engineering Co., Ltd. dan Japan Automobile Research Institute).

Untuk SPBG Karawang sendiri bisa melakukan pengisian untuk 150 truk dalam sehari dengan total kebutuhan gasnya mencapai 1 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Kemudian untuk harga jualnya tarif SPBG ini sebesar Rp 4.500 per Liter Ekuivalen Premium (LEP).

Izuru Kobayashi, Direktur Eksekutif NEDO menyatakan dalam situasi indonesia negara net importir BBM atau minyak mentah, indonesia 2025 mempunyai rencana ambisi mencanangkan target tinggi lewat energi minyak bumi hingga di bawah 22%.

“Dalam target yang dicanangkan itu, maka menekan impor dan konsumsi minyak bumi dan perluasan gas alam bagi Indonesia adalah hal penting,” katanya.

Kemudian dari sisi lingkungan penggunaan gas juga diyakini bisa menekan emisi. “Udara di Jakarta polusi sudah cukup berat  dalam konteks seperti itu pemanfaatan gas terutama CNG adalah satu cara mengatasi polusi udara,” kata Izuru.

Nakayama Fumihiro, Sekretaris Pertama Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia,  mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki banyak kendaraan dan disatu sisi juga sedang berupaya mengurangi impor bensin, memperbaiki polusi udara yang menjadi tantangan besar.

“Meskipun ada tren kendraan listrik, Indonesia punya cadangan gas tidak ada salahnya menggunakan sumber daya alam tersebut,” kata Nakayama.(RI)