JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mulai mencari pasokan tambahan minyak dari luar negeri untuk bisa digabungkan dengan jatah minyak yang diperoleh dari hasil produksi di Irak. Minyak tersebut akan langsung diolah sebelum dibawa dalam bentuk produk hasil olahan ke Indonesia.

Hasto Wibowo, Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina, mengatakan ada dua juta barel minyak setiap tahun, termasuk untuk 2019 yang menjadi jatah Pertamina dari produksi Lapangan West Qurna 1 di Irak. Namun karena spesifikasi minyak yang berbeda dan kemampuan kilang Pertamina yang belum mumpuni, maka minyak dari Irak hanya bisa diolah di luar negeri melalui mekanisme Crude Processing Deal (CPD).

“Kami punya dua juta barel yang belum bisa diolah di kilang dalam negeri, Pertamina eksplore kemungkinan untuk mendapatkan kargo tambahan untuk bisa di CPD,” kata Hasto saat ditemui di Jakarta, Senin (10/12).

Hasto menambahkan sejak tahun ini proses CPD sudah tidak lagi dilakukan Pertamina lantaran pasokan yang berkurang dari State Organization for Marketing of Oil (SOMO) Irak. Jatah Pertamina yang setiap tahun mencapai dua juta barel biasanya selalu mendapatkan pasokan tambahan yang dibeli dari SOMO, sehingga per tahunnya ada sekitar 7 juta-9 juta barel yang melalui tahapan CPD.

Namun karena alasan bisnis, pihak SOMO tidak lagi menjual minyak ke Pertamina. Akibatnya, dengan volume dua juta barel per tahun yang menjadi jatah Pertamina menjadi tidak ekonomis jika diolah melalui proses CPD.

Menurut Hasto, negosiasi masalah harga untuk pembelian minyak mentah tahun depan masih berlangsung. Kalaupun mencapai kata sepakat perjanjian jual beli minyak baru bisa efektif pada semester II 2019.

“Pertamina punya dua juta barel untuk 2019 seperti tahun ini. Pertamina tentu akan melakukan effort, apakah bisa mendapatkan alokasi (tambahan) ke SOMO,” tandas Hasto.

Untuk CPD, Pertamina pernah bekerja sama dengan Shell Eastern International Trading Company (SIETCO) yang mengolah minyak Pertamina dari Irak di Singapura pada 2016. Serta CPD pada 2017, minyak mentah Basrah dari Irak diolah di kilang milik China International United Petroleum and Chemical Co Ltd (Unipec) di China.(RI)