JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan perluasan uji coba Enhance Oil Recovery (EOR) dengan metode polymer flooding yang pertama kalinya dilakukan PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya, PT Pertamina EP dalam jangka waktu dua tahun.

Jafee Arizon Suhardin, Deputi Perencanaan SKK Migas, mengatakan metode polymer flooding merupakan yang pertama kali digunakan.

“Kalau trial berhasil dalam waktu 1,5 tahun – 2 tahun, kedepan baru full field. Tahun depan study bagaimana full field. Jadi sambil jalan mereka coba terus untuk full field,” kata Jafee saat ditemui di Kementerian ESDM, belum lama ini.

Jafee meminta Pertamina EP mulai melakukan kajian full field penerapan polymer pada 2019.

Indonesia dinilai masih memiliki banyak potensi migas. Masalah yang ada yakni penerapan teknologi untuk memproduksi minyak dan gas tersebut. Untuk itu berbagai metode patut dicoba, itupun harus sesuai dengan karakteristik lapangan.

“Indonesia itu bukan kekurangan minyak tapi kekurangan produksi. Jadi minyak ada tapi teknologinya belum ada. Kami mau eksplorasi tambah cadangan EOR untuk memproduksi minyak yang sudah ada,” ungkap Jafee.

EOR adalah metode perolehan minyak tahap lanjut dengan cara menambahkan energi berupa dari material atau fluida khusus yang tidak terdapat dalam reservoir minyak. Umumnya, EOR diterapkan pada lapangan yang telah cukup lama diproduksikan (mature field) dengan tujuan mengambil minyak tersisa yang tidak dapat diproduksikan dengan metode perolehan primer dan sekunder (water flooding). Beberapa teknik EOR yang banyak dikenal hingga saat ini adalah injeksi uap panas (steam flooding), injeksi kimia (chemical flooding), dan injeksi gas (gas flooding).

Penerapan metode polymer flooding dimulai pada Desember di area operasi Asset 5 tepatnya di Tanjung Field.

Sejak 2016, Pertamina EP telah melakukan studi laboratorium dengan bantuan pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Uji laboratorium bertujuan untuk mendapatkan polymer yang tepat dan efisien untuk digunakan di Tanjung Field

Nanang Abdul Manaf, Direktur Utama Pertamina EP, sebelumnya mengungkapkan pemilihan metode injeksi polymer di Tanjung Field didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu dengan mempertimbangkan temperatur reservoar, fluida reservoar dan kondisi geologi. Polymer merupakan salah satu teknik EOR yang sudah terbukti dapat meningkatkan perolehan minyak dan telah banyak digunakan di lebih dari 50 lapangan di dunia.

“Desain pilot injeksi dibuat dengan kebutuhan polymer sebanyak 70 ton, volume larutan polymer yang diinjeksikan adalah 200 ribu barrel dengan konsentrasi 2.000 ppm dan laju injeksi sebesar 1.000 barrel per hari,” kata Nanang.(RI)