JAKARTA – Realisasi Lifting Minyak dan Gas Bumi (Migas) pada semester I kembali tidak mencapai target. PT Pertamina (Persero) pun menjadi sorotan lantaran anak usahanya yang jadi kontributor utama produksi migas nasional selama ini realisasinya tidak maksimal.

Salah satunya adalah blok Mahakam yang baru dikelola pada 2017 Pertamina melalui Pertamina Hulu Mahalam (PHM) setelah dialih kelola dari PT Total E&P Indonesie. Dalam realisasi semester I lifting blok Mahakam rata-rata 662 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) atau setara dengan 118 ribu barel oil ekuivalen per hari (BOEPD). Padahal target yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019 lifting 1.100 MMSCFD. Realisasi semester I bahkan semakin menurun ketimbang realisasi rata-rata sampai April lalu sebesar 667 MMSCFD. Sementara untuk lifting minyak realisasinya 37 ribu barel per hari (bph) dari target 50.4 ribu bph.

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas menyatakan lifting di Mahakam memiliki permasalahan sama seperti di blok Pangkah yang dikelola oleh Saka Energi.

“Sumur pengembangan baru, antara lain di Mahakam masih belum memberikan output produksi yang optimal, dan masih di bawah prognosis. Di harapkan, pengeboran sumur baru di Semester II 2019 dapat lebih baik hasil nya,” kata Wisnu, Selasa malam (9/7).

Selain PHM, anak usaha Pertamina yang jadi sorotan juga Pertamina Hulu Energi (PHE) OSES, Kontraktor yang kelola Pertamina blok Offshore Southeast Sumatera. Realisasi produksi minyak di sana mencapai 29 ribu bph dengan target sebesar 32 ribu bph.

Kemudian ada Pertamina EP menempati posisi tiga besar kontributor minyak dengan realisasi lifting rata-rata 80 ribu bph, sementara target APBN adalah sebesar 85 ribu bph. Sementara untuk lifting gas realisasinya tercatat 768 MMSCFD juga menempati posisi tiga kontributor terbesar gas nasional. Relisasi ini sebenarnya belum mencapai target yang dipatok 810 MMSCFD.

Khusus untuk lifting dan produksi gas, Wisnu yakin akan terjadi peningkatan signifikan dengan rampungnya beberapa proyek gas.

Dia menambahkan seiring dengan estimasi kebutuhan energi yang lebih besar di Semester II 2019, penyerapan gas LNG, oleh semua buyer, diperkirakan akan lebih maksimal, sehingga secara keseluruhan penyerapan gas bisa lebih baik di Semester II 2019

“Masih terdapat enam proyek gas hingga akhir tahun 2019, dengan estimasi tambahan total produksi gas sebesar 280 MMSCFD untuk Semester II 2019,” ujar Wisnu.

Berikut lima besar kontributor utama lifting minyak dan gas

5 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) teratas kontribusi 75% dari total lifting minyak nasional)

1. Exxon Mobil Cepu Limited : 220 ribu bph
2. PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) : 194 ribu bph
3. Pertamina EP : 80 ribu bph
4. PHM : 37 ribu bph
5. PHE OSES : 29 ribu bph

5 KKKS teratas kontribusi65% dari total lifting gas nasional

1. BP Tangguh : 971 MMSCFD (174 ribu boepd)
2. COPHI Grissik : 827 MMSCFD (148 ribu boepd)
3. Pertamina EP : 768 MMSCFD (137 ribu boepd)
4. PHM : 662 MMSCFD (118 ribu boepd)
5. ENI Muara Bakau : 589 mmscfd (105 ribu boepd)