JAKARTA- PT Petrosea Tbk (PTRO) membukukan pendapatan US$92,5 juta pada kuartal I 2018,  diatas target awal sebesar US$89,8 juta.

“Kontribusi pendapatan terbesar dari sektor pertambangan 65,91%,” kata Romi Novan Indrawan, Direktur Petrosea dalam paparan publik usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Petrosea di Jakarta, Senin (16/4).

Romi menambahkan sepanjang 2018 perseroan akan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$112,6 juta. Sebanyak US$58,9 juta akan digunakan untuk penambahan kapasitas, sebesar US$ 18 untuk replacement, dan US$ 35 juta untuk peremajaan alat-alat.

Pada tahun buku 2017, Petrosea akan membagikan dividen sebesar US$4,50 juta yang merupakan 54,68% dari laba bersih setelah pajak.

Petrosea pada tahun lalu mencatat peningkatan pendapatan usaha sebesar 24,12% dari US$209, 37 juta pada 2016 menjadi US$259,87 juta. Kenaikan pendapatan berasal dari kontribusi lini bisnis kontrak pertambangan, rekayasa dan konstruksi (EPC). Perusahaan juga melanjutkan beberapa inisiatif dalam meningkatkan efektivitas beban administrasi. Serta melakukan manajemen liabilitas, sehingga beban bunga dan keuangan mengalami penurunan.

Petrosea mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$8,23 juta pada  2017 setelah mengalami rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$7,93 juta pada tahun sebelumnya.

Lini bisnis kontrak pertambangan mencatatkan kenaikan volume pemindahan lapisan tanah penutup (overburden removal) dari 57,33 juta bank cubic meters (bcm) pada 2016 menjadi 83,98 juta bcm pada tahun lalu. Hal yang sama terjadi pada produksi batu bara yang meningkat 74.24% dari 14,21 juta ton pada 2016 menjadi 24,76 juta ton pada 2017.

Seiring dengan terjadinya perbaikan harga batu bara di tahun 2017 dan peningkatan aktivitas yang substansial tersebut, kontribusi pendapatan dari lini bisnis ini meningkat sebesar 49,80% dari US$114,33 juta pada  2016 menjadi US$ 171,27 juta pada 2017.

Pendapatan dari lini bisnis EPC juga meningkat sebesar 0,17% dari US$ 70,12 juta menjadi US$ 70,24 juta pada 2017. Petrosea juga turut mendukung kegiatan minyak dan gas bumi di Indonesia bagian timur dengan meresmikan pangkalan lepas pantai baru di Sorong, Papua Barat.

Peresmian itu disusul dengan penandatanganan kontrak untuk shorebase services dengan BP Berau Ltd. di POSB Sorong pada Juni 2017 dengan nilai kontrak adalah sebesar Rp 734 miliar.

“Sekalipun kondisi usaha membaik dengan cepat, kami tetap fokus pada implementasi upaya efektifitas biaya di seluruh lokasi operasional serta mengintensifkan strategi diversifikasi usaha,” kata Hanifa lndradjaya, Presiden Direktur Petrosea.(RA)