JAKARTA – Penyelesaian salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) di sektor hulu migas,  Tangguh Train 3 dikhawatirkan kembali akan molor. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) sebelumya telah merevisi target penyelesaian Tangguh Train 3 hingga kuartal IV 2021. Namun dalam evaluasi terbaru proyek tersebut diperkirakan baru bisa rampung pada 2022.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas,  mengungkapkan dampak dari pandemi Covid-19 benar-benar terasa dalam pengerjaan proyek train 3. SKK Migas sudah mendorong kontraktor pelaksana, BP untuk menggenjot pengerjaan. Namun realitas di lapangan terjadi banyak penyesuaian sehingga berdampak pula terhadap jadwal penyelesaian proyek.

“Masih ada uncertainty, bisa sliding ke 2022 awal karena masalah Covid-19 bikin pusing kepala benar-benar. Proyek sangat terganggu progress-nya,” kata Julius kepada Dunia Energi, belum lama ini.

Julius mengatakan saat ini BP sedang memobilisasi pekerja sehingga bisa dipastikan bersih dari virus Covid-19. “Sedang proses rotasi on off para pekerja di lapangan. Semua sebelum ke lapangan harus dikarantina dan juga kalau ada yang positif pas screening langsung kami isolasi, yang pulang dari lapangan juga di-test dan screening,” ungkap Julius.

Saat ini SKK Migas dan BP terus berkoordinasi insentif agar proyeksi kemunduran tidak sampai terjadi terlalu jauh dari jadwal yang sebenarnya juga sudah direvisi.

Julius masih optimistis masih ada ruang dan waktu untuk recovery dan optimasi.

“Tapi memang agak berat menurut saya ya karwna masalah covid19 ini memang membatasiruang gerak kita semua,” kata Julius.

Tangguh train-3 adalah proyek strategis nasional yang saat sudah onstream akan memberikan tambahan produksi migas nasional yang signifikan. Proyek ini akan menghasilkan minyak sebesar 3.000 bael per hari dan gas sebesar 700 juta kaki kubik pe hari (MMscfd).

Proyek Tangguh juga akan menambahkan dua anjungan lepas pantai, 13 sumur produksi baru, dermaga pemuatan LNG baru, dan infrastruktur pendukung lainnya.

Produksi gas dari train 3 nantinya sebagian besar atau sekitar 75% akan diserap PT PLN (Persero) untuk bahan baku Pembangkit Tenaga Listrik Gas Uap (PLTGU) Jawa I.

Selain PLN, juga telah dialokasikan sebesar 20 MMscfd untuk kebutuhan listrik wilayah Papua Barat. Sisanya, diserap konsumen yang sudah menandatangani kontrak pembelian, yakni Kansai Electric Power Company dari Jepang.

Akibat pandemi biaya pengerjaan proyek Tangguh Train-3 juga mengalami pembengkakan. Dalam data SKK Migas estimasi awal pembangunan train 3 oleh BP Berau Ltd akan memakan biaya investasi US$8,9 miliar. Tapi setelah dilakukan evaluasi ternyata ada pembangkakan sekitar US$750 juta.

BP harus merogoh kocek lebih dalam untuk memastikan pandemi tidak menganggu pembangunan train 3 sehingga berbagai penyesuaian harus dilakukan. Biaya terutama yang berhubungan langsung dengan pekerjaan civil works.

“Ada biaya tambahan karena keterlambatan pekerjaan early civil works pada awal-awal proyek yang menyebabkan ada perubahan atau penambahan lingkup kerja,” kata Julius.(RI)