JAKARTA – Salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) kembali berpotensi menjadi korban dari pandemi Covid-19. Target penyelesaian proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) yang dikerjakan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) pada tahun depan sulit tercapai.

Julius Wiratno, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan evaluasi terhadap pelaksanaan proyek sudah dilakukan. Pandemi Covid-19 benar-benar memukul proyek JTB.

Menurut Julius, evaluasi telah dibahas bersama kontraktor dan hasilnya cukup sulit proyek tersebut bisa selesai sesuai dengan target awal yakni pada Juli 2021.

“Masih ada potensi keterlambatan. Tetap kami usahakan bisa onstream pada 2021, tetapi kalau Juli looks like impossible (tidak mungkin),” kata Julius kepada Dunia Energi, Rabu (19/8).

Menurut Julius, meskipun kegiatan pembangunan sudah berangsur normal pasca penerapan Pembatasan Social Berskala Besar (PSBB), keharusan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan masih mempengaruhi progress pengerjaan proyek.

“Tenaga kerja banyak yang berkurang karena alasan covid-19 yang memang diperlukan physical distancing juga di lapangan,” kata dia.

Selain itu sejak awal tahun proses pabrikasi barang-barang di beberapa negara slow down karena adanya pembatasan jam kerja dan transportasi material, termasuk beberapa pabrikasi di Indonesia yang lokasinya diberlakukan PSBB.

Konstruksi proyek JTB sendiri dikerjakan oleh PT Rekayasa Industri (Rekind) bersama anggota konsorsium lainnya dengan nilai investasi US$1,53 miliar, terdiri dari pengerjaan FEED (Front End Engineering Design), Land Acquisition (Pengadaan Tanah), Kontrak EPC Early Civil Works, Kontrak EPC GPF serta Drilling (Pemboran Sumur). Adapun nilai Kontrak EPC GPF (Konsorsium Rekind-JGC-JGC Indonesia) adalah sebesar US$983 juta.

Proyek yang diambil alih Pertamina dari Exxonmobil itu ditargetkan akan menghasilkan produksi rata‐rata raw gas sebesar 315 juta kaki kubik (MMSCFD) yang disalurkan melalui pipa transmisi Gresik‐Semarang yang saat ini dalam proses persiapan uji coba oleh PT Pertamina Gas (Pertagas). Optimasi desain melalui perubahan teknologi pada unit GPF menghasilkan potensi tambahan produksi hingga 20 MMSCFD, sehingga terdapat peningkatan produksi penjualan sales gas dari 172 MMSCFD menjadi 192 MMSCFD.

Menurut Julius, SKK Migas tetap mendorong PEPC untuk tetap menyelesaikan proyek JTB pada tahun 2021. Estimasi jika Covid-19 mereda di akhir tahun ini maka kemungkinan proyek tersebut bisa selesai paling cepat pada akhir 2021 mendatang.

“Kami usahakan di November atau Desember 2021, tetapi ya ngeri-ngeri sedap juga. Pandemi ini memang bikin berantakan semuanya,” kata Julius.(RI)