JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas sudah memulai desain rinci atau Front End Engineering Design (FEED) penggantian pipa hilir yang menghubungkan beberapa lapangan produksi untuk mengalirkan minyak di Blok Rokan. PGN belum lama ini telah mendapatkan penugasan dari induk holding, PT Pertamina (Persero) untuk mengeksekusi penggantian pipa di Blok Rokan.

“Sedang dalam tahap penyusunan FEED,” kata Dilo Seno Widagdo, Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN di Jakarta, Selasa (28/5).

Pipa hilir untuk distribusi minyak di Blok Rokan menghubungkan beberapa lapangan, yakni Minas-Duri-Dumai dan Batam-Bangko-Dumai.

Penggantian pipa menjadi salah satu isu krusial yang harus segera dieksekusi lantaran umur pipa yang diketahui telah melebihi batas penggunaan. Jika tidak ada penggantian maka akan bisa langsung berdampak pada kinerja produksi Blok Rokan saat nanti Pertamina resmi mengelola pasca 2021 mendatang.

Danny Praditya, Direktur Komersial PGN, mengatakan setelah mendapatkan penugasan, PGN selanjutnya akan menugaskan anak usahanya yang baru saja diakuisisi, yakni PT Pertamina Gas (Pertagas) untuk melakukan penggantian nantinya.

“Proses finalisasi nanti strukturnya seperti apa, ya kan penugasannya dari Pertamina kemudian diserahkan ke PGN dan Pertagas,” kata Danny.

Menurut Danny,  nantinya Pertagas akan membangun pipa baru untuk menggantikan pipa lama. Hal itu dilakukan sehingga tidak menganggu kegiatan produksi.”Pasang baru dulu baru bongkar yang lama. Rutenya belum tahu, apakah sama, seberangan atau bagaimana. Produksi jalan terus. Yang eksisting sekarang kan masih bisa digunakan, tapi mengenai ketahanan, keamanan, integritas itu perlu dipertimbangkan,” kata Danny.

Dia menuturkan untuk penyelesaian pipa apabila tidak ada kendala berarti maka pembangunannya bisa diselesaikan dengan cepat. Jika telah disepakati penggantian pipa dilakukan pada tahun ini maka bukan tidak mungkin penggantiannya selesai pada tahun depan. “Harusnya tahun depan bisa selesai ya. Maksudnya tahun depan kan bisa semester I atau semester II,” ujarnya.

Di sisi lain PT Chevron Pacific Indonesia, mengatakan tidak akan mudah untuk melakukan penggantian. Bukan hanya masalah dari sisi teknis akan tetapi juga dari sisi non teknis yang akan menjadi tantangan terbesar Pertamina nantinya.

Wahyu Budiarto, Senior Vice President Policy Government and Public Affairs Chevron,  mengatakan butuh paling tidak sekitar lima tahun untuk merampungkan penggantian pipa-pipa tersebut.

Isu sosial dipastikan menjadi salah satu tantangan dalam penggantian infrastruktur ini lantaran lokasinya juga berada di jalan inspeksi yang biasa dilalui masyarakat. Apabila mengganti pipa di dekat lokasi yang ada sekarang isu sosial cukup besar,  demikian pula jika pipa dibangun di lokasi yang berbeda pasti pengurusan izin juga tidak akan mudah.

Menurut Wahyu, untuk umur pipa memang sudah terlampau tua sekitar 60 tahun dan  sudah seharusnya dilakukan pergantian.

“Pipa itu sudah ada sekitar 60 tahun. Untungnya pipa bagus. Tapi kan itu sudah lama. Sejak beberapa tahun lalu sebenarnya sebelum 2011. Itu sudah cukup lama kami diskusikan,” kata Wahyu.

Wahyu menjelaskan penggantian pipa sebenarnya sudah diusulkan oleh Chevron sejak 2011. Hanya saja pengurusan administrasi berikut dengan perizinan membuat proses penggantiannya cukup lama.

Saat pemerintah memutuskan untuk memberi hak pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina, manajemen Chevron  langsung meminta Pertamina melalui SKK Migas untuk fokus dalam pergantian pipa tersebut saat nanti mulai mengelola blok Rokan. Pertagas anak usaha Pertamina sendiri sebenarnya sudah ditunjuk untuk nanti yang mengeksekusi penggantian pipa.

“Dari sisi teknis, cost recovery itu membuat kami berpikir tidak mungkin kami kerjakan. Sebab waktunya tidak akan cukup. Kami sudah bilang ke pemerintah tidak akan mengerjakan itu. Hanya memang kami bilang ke pemerintah, sebaiknya ini jadi prioritas untuk bisa diganti,” kata Wahyu.(RA)