JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk, subholding gas dibawah PT Pertamina (Persero) mengkaji untuk kembali membeli gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) uncommitted dari Kilang LNG Bontang. Danny Praditya, Direktur Komersial PGN, mengatakan saat ini masih dilakukan perhitungan dan kajian  untuk kembali menambah stok gas PGN melalui pembelian LNG.

“Kemungkinan ada potensi ambil lagi (satu kargo), tapi lagi kami hitung. Mereka (Kilang Bontang) masih ada sisa kan, kami coba hitung dulu deh,” kata Danny kepada Dunia Energi, belum lama ini.

Menurut Danny, salah satu kehandalan PGN adalah bisa fleksibel dalam bisnis gas. PGN tidak harus mendapatkan konsumen gas tetap sebelum membeli LNG, melainkan bisa menjadikan LNG sebagai sumber pasokan gas baru apabila sumber gas di hulu bermasalah.

“Kami kalau kayak begitu menjadi satu portofolio pasok. Itulah kehandalan PGN, karena kami menjadi satu portofolio pasok,” jelasnya.

Salah satu kejadian permasalahan pasokan gas di hulu terjadi saat gas ke PGN dari ConocoPhillips terganggu. PGN kemudian membeli satu kargo untuk menggantikan pasokan gas ConocoPhillips yang anjlok. Total sudah tiga kargo LNG yang dipastikan diserap PGN pada tahun ini.

“Itu kebetulan ConocoPhillips ada perawatan kompresor, jadi biasanya Maximum Delivery Quantity (MDQ), tapi kami dikasih Daily Contract Quantity (DCQ), ya sudah ambil (LNG),” ungkap Danny.

MDQ adalah jumlah volume gas maksimum yang dialirkan melalui pipa per hari. Sementara DCQ adalah jumlah volume gas bumi yang dialirkan oleh badan usaha pengangkutan gas bumi melalui pipa per hari.

Danny mengatakan rencana penambahan satu kargo LNG nanti dimaksudkan untuk mengamankan stok LNG guna mengantisipasi peningkatan kebutuhan gas bagi para pelanggannya. “Rencana tahun ini lagi dihitung, tergantung proyeksi kebutuhan PLN juga, industri juga,” kata Danny.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebelumnya memutuskan untuk mengurangi produksi LNG dari Kilang LNG Bontang hingga mencapai tiga kargo. Ini dipicu rendahnya serapan gas PT PLN (Persero).

PLN yang seharusnya menyerap 17 kargo LNG, ternyata hanya menyerap enam kargo. Alhasil ada 11 kargo yang tidak terserap. PGN, Pertamina Gas (Pertagas) kemudian menyerap masing-masing satu kargo. Satu kargo lainnya diekspor ke Singapura. PLN akhirnya mau menyerap lima kargo lagi, itupun karena adanya perubahan harga yang lebih murah dari kontrak yang sudah disepakati.(RI)