JAKARTA – Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN menetapkan pembagian deviden sebesar US$228.367.788 atau sebesar 70 % dari laba kepada pemegang saham sesuai porsi kepemilikkan saham pada perseroan dan dibayarkan secara tunai rupiah dengan kurs Bank Indonesia sesuai tanggal RUPS Tahun Buku 2022.

Sementara dana sebesar US$97.871.999 sebagai cadangan, termasuk untuk mendukung kegiatan operasional dan pengembangan Perseroan.

Fadjar Harianto Widodo, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PGN, menyatakan keputusan RUPS yang telah menetapkan pembagian dividen 70% laba sudah termasuk memperhitungkan liability manajemen free cash flow 2023.

“Sehingga kami melihat dengan pembagian deviden lebih tinggi dari tahun lalu masih memberikan ruang untuk investasi tahun ini,” kata Fadjar dalam konferensi pers, Selasa (30/5).

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, menyatakan sebagai Subholding Gas Pertamina, PGN menjaga kinerja transmisi dan distribudi gas bumi sepanjang tahun 2022.

“Kinerja operasional berhasil melampaui target volume lifting segmen migas di Blok Pangkah dan Fasken, didukung kenaikan ICP sehingga berkontribusi signifikan pada kinerja keuangan,” ujar Rachmat.

Program penghematan biaya melalui inovasi dan peningkatan efektivitas juga berperan penting dalam kesuksesan kita. Terlaksananya liability management, peningkatan kinerja ventura, serta efektivitas dan efisiensi di setiap kegiatan perusahaan, baik di PGN maupun anak perusahaan dan afiliasi, turut memperkuat kinerja perseroan.

“Rencana strategis PGN kedepan, bertujuan untuk menciptakan nilai tambah berkelanjutan dan meningkatan utilisasi gas sebagai energi transisi menuju net zero emission,” kata Rachmat.

Rencana yang akan dilakukan antara lain melalui peningkatan lifting migas, dukungan alih kelola Blok Rokan melalui pembangunan pipa minyak Rokan, gasifikasi kilang-kilang Pertamina untuk mendukung efisiensi kilang (diantaranya Senipah – Balikpapan yang targetnya akan mulai beroperasi pada Triwulan 3, 2023), pengembangan LNG dan CNG retail di wilayah yang belum memiliki jaringan pipa gas, serta Jargas Rumah Tangga untuk mengurangi impor LPG. Selain itu, PGN berupaya untuk perluasan wilayah bisnis ke skala internasional melalui kegiatan LNG Trading.

Untuk mendukung pengoperasian Blok Rokan pasca alih kelola, PGN melalui anak perusahaannya yaitu Pertagas telah membangun jaringan pipa transmisi minyak sepanjang 367 km dari Minas-Duri-Dumai dan Koridor Balam-Bangko-Dumai (WK Rokan PSC). Pengaliran minyak bumi telah dialirkan pada Triwulan 4, 2022.

Rachmat melanjutkan pada proyek jargas, PGN terus menjalankan pengembangan. PGN telah menyusun Road Map pembangunan jargas yang dapat membantu mengurangi subsidi dan Import LPG sd 57,5 juta tabung LPG di tahun 2026.

Dalam upaya pemanfaatan infrastruktur gas bumi beyond pipeline, saat ini terdapat 73 SPBG dan MRU yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Kalimantan milik Pertamina Group yang akan dikelola oleh Subholding Gas. SPBG dan MRU ini melayani pelanggan sektor Industri, Komersial, Rumah Tangga, dan Transportasi yang lokasinya jauh dari jaringan pipa gas.

“PGN Bersama Dirjen Migas telah berdiskusi dengan untuk melakukan konversi transportasi umum dan truk utilitas di masing masing wilayah, serta meningkatkan utilisasi gas untuk sektor transportasi. PGN juga melakukan sinergi di internal Pertamina Group untuk melakukan konversi truk tanki yang digunakan untuk distribusi BBM,” jelas Rachmat.

Saat ini PGN sedang dalam proses perencanaan dan pembangunan fasilitas LNG Liqeufaction dan mini LNG Hub di Pulau Jawa yang akan digunakan untuk menyalurkan LNG dalam bentuk Iso Tank, Micro Bulk, dan VGL dengan harga yang kompetitif ke pelanggan Industri dan Retail yang lokasinya belum terjangkau oleh jaringan pipa gas.

“Tantangan disrupsi masif di pasar energi global akan melanda setiap negara. PGN selaku Subholding Gas Group menjawab tantangan tersebut melalui pengembangan rantai bisnis gas bumi, baik melalui pipa gas, CNG, maupun LNG. Kami ingin menunjukkan bahwa gas bumi dan Subholding Gas merupakan solusi nyata dalam masa transisi energi saat ini,” kata Rachmat. (RI)