Terminal BBM Tanjung Ubah menjadi salah satu fasilitas memblending BBM jenis Solar dengan biodiesel.

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mengusulkan perubahan mekanisme penyaluran Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel atau Fatty Acid Methyl Ester (FAME) sebanyak 20% atau program B20. Pasalnya, mekanisme yang berlaku saat ini memicu kendala, sehingga Pertamina tidak mendapatkan pasokan FAME dari badan usaha produsen.

Gandhi Sriwidodo, Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina, mengungkapkan pada periode awal pelaksanaan perluasan B20 sejak 1 September hingga 25 September 2018 masih belum optimal di beberapa terminal BBM akibat tidak ada sarana transportasi ke lokasi tertentu.

Salah satu usulan Pertamina dengan mendistribusikan ke terminal BBM utama milik perseroan. Nantinya Pertamina yang akan menyalurkan FAME ke berbagai titik lokasi tertentu di pedalaman.

“Ini coba kami tawarkan nantinya supaya lebih efektif. Kami one gate atau disuplai di terminal utama diblending suplai ke depot dan depot. FAME yang seharusnya ke end depot tidak perlu dikirim ke sana. Kirimnya ke terminal besar, nanti kami yang memblending dan mendistribusikan,” kata Gandhi saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Rabu (26/9)

Gandhi Sriwidodo, Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR.

Apabila usulan Pertamina disetujui, maka perlu biaya tambahan yang dibutuhkan untuk melakukan maintenance agar kualitas biodiesel tidak menurun. Biaya tersebut bisa diperoleh dari biaya angkut yang biasanya juga berikan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) kepada para produsen.

“Ada risiko juga karena sifat FAME itu mengikat air ada validitas yang harus di maintain. Ini biaya maintain juga tinggi, ongkos angkut dibagi ke Pertamina jadi bisa kami kelola,” ungkap Gandhi.

Berdasarkan data Pertamina beberapa terminal yang sampai sekarang belum mendapat pasokan FAME seperti Tanjung Uban, Bau-Bau, Wayame, Manggis, Tanjung Wang, Kupang, Makassar, Bitung, STS Balikpapan dan STS Kotabaru.

Selain itu, menurut Gandhi, untuk mempermudah administrasi dan operasioinal penimbunan pencampuran dan penyaluran FAME di lokasi diusulkan juga agar FAME Public Service Obligation (PSO) dan Non PSO disuplai oleh satu supplier yang sama.

Pertamina pada September ini sudah melakukan pre order (memesan) pasokan FAME dengan total volume sebanyak 431.681 Kilo Liter (KL) dengan rencana penerimaan dari 1-25 September seharusnya sebesar 359.734 KL sementara realisasi penerimaan hingga kini baru mencapai 224.607 KL atau baru mencapai 62%.

Untuk tahun ini potensi penyaluran FAME dari Januari hingga Desember 2018 adalah 3.279.356 KL dan pada tahun depan konsumsinya diperkirakan makin meningkat hingga menjadi 5.400.000 KL.(RI)