JAKARTA – Pertamina NRE dan Perhutani bersinergi untuk mempercepat target net zero emission (NZE) tahun 2060. Sinergi ini dilakukan dalam bentuk upaya penyerapan dan pencegahan pelepasan emisi karbon dari pohon-pohon di area hutan yang dikelola Perhutani Group.

Akhir tahun 2021 lalu PT Pertamina (Persero), Perhutani, dan PTPN telah menandatangani nota kesepahaman tentang Dekarbonisasi BUMN. Tindak lanjut dari nota kesepahaman tersebut, saat ini Pertamina dan Perhutani tengah melakukan tahapan penyelesaian pre-feasibility study untuk proyek nature-based solution (NBS).

Hal ini juga sejalan dengan arahan dari Kementerian BUMN untuk program dekarbonisasi BUMN sektor industri guna mencapai target Nationally Determined Contribution pada tahun 2030 yang disampaikan dalam gelaran COP26.

“PTPN dan Perhutani dapat mendukung program pengurangan emisi melalui Nature-based climate solution dan bekerja sama dengan BUMN industri yang menghasilkan emisi seperti Pertamina dan PLN untuk mendukung pencapaian target menuju net-zero emission,” kata Pahala Mansury, Wakil Menteri BUMN I,Rabu(9/3).

Dannif Danusaputro, CEO Pertamina NRE, menyambut baik sinergi BUMN ini. Ia mengatakan Pertamina NRE memiliki kompetensi dan resource yang mumpuni untuk melakukan penghitungan penyerapan karbon.
“Sinergi ini bagian dari proyek nature-based solution Pertamina NRE, suatu voluntary solution untuk menghambat perubahan iklim dan memberikan dampak signifikan bagi terwujudnya keberlanjutan melalui pengelolaan kawasan hutan dan ekosistem di sekitar kawasan hutan. Hal ini selaras dengan target pemerintah untuk mencapai net zero emission tahun 2060,” kata Dannif.

Wahyu Kuncoro, Direktur Utama Perum Perhutani, menyampaikan sebagai BUMN bidang Kehutanan, Perhutani group mendukung pemerintah dan berperan untuk mengurangi emisi karbon di kawasan hutan Indonesia.

“Kehutanan dan pertanian, selain sektor energi dan transportasi merupakan sektor prioritas dalam program dekarbonisasi,” ujar Wahyu.

Saat ini sudah teridentifikasi sebanyak 3 calon lokasi NBS di wilayah Perhutani group berdasarkan high level feasibility study yang dilakukan berdasarkan luasan dan lokasi, vegetasi, trend deforestasi selama 20 tahun terakhir, pola penggunaan lahan saat ini, dan faktor lain meliputi ekonomi serta teknks maupun non teknisnya. Terhadap ketiga calon lokasi dimaksud akan dilanjutkan dengan pre-feasibility study dan feasibility study untuk mengetahui kelayakan proyek NBS dimaksud.

Dalam aspirasi jangka panjangnya, Pertamina NRE memiliki 3 pilar strategis, yaitu low carbon solution, pengembangan energi baaru dan terbarukan, serta pengembangan bisnis masa depan di sektor energi. Di dalam pilar low carbon solution terdapat inisiatif dekarbonisasi yang salah satunya melalui NBS. Project ini merupakan project jangka menengah di mana harus melalui beberapa tahapan, termasuk di antaranya sertifikasi penurunan emisi karbon yang terstandarisasi secara global. Sertifikasi ini dikeluarkan oleh lembaga internasional yang membuat standar penghitungan emisi, seperti Verra dan Gold Standard. Saat ini Pertamina NRE bersinergi dengan Perhutani tengah melakukan pre-feasibility study.

Sebagai negara yang berada di garis khatulistiwa, posisi strategis ini menjadikan Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemasok forestry-based NBS carbon credit terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, kawasan hutan di Indonesia mencapai lebih dari 51 persen dari total luas area Indonesia. Hutan di Indonesia adalah hutan tropis di mana karakteristik tumbuhan di hutan jenis ini terus hijau sepanjang tahun dan relatif tidak tergantung musim. Hal ini semakin mendukung daya penyerapan CO2.

Dengan visi untuk memimpin transisi energi Pertamina, dekarbonisasi nasional serta menjadi green energy champion di Indonesia dan sebagai perusahaan yang mengedepankan implementasi ESG dalam pengelolaan bisnisnya, Pertamina NRE sangat berkomitmen untuk Bersama dengan pemerintah mewujudkan net zero emission pada tahun 2060.(RA)