JAKARTA – PT Pertamina (Persero) menambah pasokan LPG dari sumber baru yakni Uni Emirat Arab (UEA). Ini merupakan bagian dari kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan UEA dalam kerja sama ekonomi bisnis kedua negara. Pertamina akan mendapatkan akses langsung ke produsen LPG yaitu Abu Dhabi National Oil Company (Adnoc).

Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina, mengatakan dengan adanya transaksi langsung dengan Adnoc sebagai produsen maka Pertamina bisa lebih efisien, karena jual beli LPG tidak lagi melalui trader.

“Pertamina impor LPG langsung enggak lewat trader, tapi dari Adnoc. Itu dibeli langsung, lebih efisien,” kata Budi ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Selasa (7/1).

Kontrak yang disepakati dalam impor LPG kali ini berlangsung selama satu tahun dengan total volume mencapai 520 ribu ton. Jumlah itu sendiri sekitar 10% dari kebutuhan LPG impor selama ini yang mencapai sekitar lima juta ton per tahunnya.

“Volume 170 ribu ton – 520 ribu ton, satu tahun (kontrak),” tukasnya.

Berdasarkan data Pertamina kebutuhan LPG 3 kg subsidi untuk tahun ini diproyeksikan mencapai 7,2 juta ton yang hampir 70% lebih diantaranya harus dipenuhi dari luar negeri. Jumlah ini sendiri lebih dari target yang ditetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2020 yakni hanya 7 juta ton.

Namun demikian proyeksi Pertamina juga sebenarnya sudah lebih tinggi sekitar 4,1% dibandingkan target penyaluran pada tahun lalu yang mencapai 6,94 juta ton, pun demikian dengan kuota LPG APBN 2019 yang ditetapkan sebesar 6,98 juta ton.(RI)