Blok Mahakam menjadi kontributor terbesar bagi produksi gas Pertamina.

JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan menaruh perhatian lebih untuk pengembangan wilayah kerja hulu minyak dan gas di sekitar Kalimantan. Hal ini lantaran banyaknya fasilitas vital di wilayah tersebut. Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan ada dua fasilitas penting yang memerlukan pasokan gas maupun minyak dalam jumlah besar dan menjadi penopang utama kegiatan Pertamina, yakni kilang LNG Bontang dan Refinery Unit (RU) V atau kilang Balikpapan.

“Ada dua fasilitas besar yang butuh pasokan banyak, kilang LNG Badak dan RU V. Berapa pun produksinya pasti diserap sama dua itu,” kata Dharmawan di Jakarta, belum lama ini.

Pertamina saat ini memiliki sejumlah perusahaan yang beroperasi di Kalimantan. Di Kalimantan Timur, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Indonesia memiliki PT Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Sanga Sanga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur dan PHE East Sepinggan yang bekerja sama dengan ENI Indonesia mengelola Lapangan Merakes. Serta PT Pertamina EP (PEP) Asset 5.

Untuk Kalimantan Utara, Pertamina memiliki PHE Nunukan, Joint Operation Body (JOB) Pertamina-Medco EP Simenggaris (PMEPS), Pertamina Asset 5 dan PHE Maratua yang merupakan blok eksplorasi dan baru didapatkan Pertamina dalam lelang blok migas tahun lalu.

Produksi

Produksi migas yang dihasilkan Pertamina Hulu Indonesia menjadi salah satu yang terbesar kontribusinya dengan keberadaan Blok Mahakam yang dikelola Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Tahun lalu,  PHM menyumbang 18 kargo dan satu kargo LNG dari Pertamina Hulu Sanga Sanga yang diolah di kilang Bontang.

“Pertamina Hulu Indonesia produksinya sangat penting buat RU V dan Kilang Bontang. Bayangkan kalau tidak disuplai dengan gas kami sendiri. Dengan masuknya blok alih kelola kami juga harus temukan cadangan baru. Kami komitmen masuk ke Merakes bersama dengan ENI,” papar Dharmawan.

Dia menambahkan keberadaan PHE East Sepinggan yang bermitra dengan ENI juga merupakan salah satu strategi perseroan untuk bisa mengakses wilayah Kalimantan dengan masif dan ada pembagian risiko.

“Di offshore dengan Merakes profil produksi naik. Karena itu buat kami masuk ke Merakes itu strategi. Jadi enggak akan berhenti di situ. Tapi kami punya saingan dan akses lain di pantai Kaltim,” kata Dharmawan.

Wilayah Kalimantan telah menjadi salah satu sentral pengembangan industri migas sejak dulu. Ini bisa dilihat dari sudah ada interkoneksi sistem pipa gas di Kaltim yang panjangnya 1.700 km dan potensi laut dalam di Kalimantan juga masih cukup menjanjikan.

Menurut Dharmawan, selain menjaga fasilitas di Kalimantan agar tetap berproduksi beberapa strategi dalam monetisasi gas juga penting. Salah satu langkah yang kini sedang diterapkan adalah dengan mengundang para pelaku usaha di sektor midstream maupun downstream untuk berinvestasi di sekitar wilayah produksi gas. Ini bisa dilihat di PHE Nunukan.

“Nunukan ada cadangan, tapi tidak bisa dibawa kemana-mana. Kami dorong investor bangun methanol plant di Bunyu, kalau itu bisa maka gas bisa dimonetisasi,” tandas Dharmawan.(RI)