JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melakukan penandatanganan perjanjian dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk lewat Head of Agreement (HoA) terkait kerja sama bisnis petrokimia di Indonesia. Kerja sama antara kedua perusahaan diharapkan dapat menekan impor petrokimia dan mengembangkan bisnis petrokimia di dalam negeri.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan dokumen yang ditandatangani terkait dengan komitmen untuk kajian bersama dalam sinergi proyek petrokimia antar kedua perusahaan. Tujuan dari HoA untuk memenuhi kebutuhan petrokimia dalam negeri yang saat ini masih diimpor dalam jumlah yang tinggi (defisit), sehingga peluang bisnis petrokiomia dalam negeri dinilai sangat berpotensi untuk dikembangkan.

“Pada 2019 lalu, waktu itu kami melakukan penjajakan secara umum untuk melihat potensi kerja sama, melihat peluang pengembangan petrochemical dalam rangka menurunkan impor. Hal tersebut sesuai dengan arahan Bapak Presiden dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pabrik yang menghasilkan import subtitution,” ujar Nicke, Selasa (25/8).

Penandatanganan HoA antara Pertamina dengan Chandra Asri Petrochemical tersebut berlangsung di Gedung Utama Pertamina, Selasa (25/8) yang juga disiarkan secara daring (online). Penandatanganan HoA dilakukan oleh Direktur Utama PT KPI Ignatius Tallulembang dan Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemical Erwin Ciputra.

Nicke menambahkan, petrokimia merupakan salah satu pengembangan bisnis dan mitigasi jangka Panjang. Bahkan, Nicke mengatakan petrokimia akan menjadi bisnis masa depan bagi kedua perusahaan. “Saat ini Pertamina juga menghasilkan beberapa produk yang menjadi bahan baku petrokimia. Maka dirasa tepat jika petrokimia menjadi hilirisasi produk kilang-kilang Pertamina,” kata dia.

Pada RJPP hingga 2026 mendatang, Pertamina akan membangun petrochemical plant yang diintegrasikan dengan kilang-kilang. “Inilah waktu yang tepat untuk bersinergi karena musuh bersama adalah bagaimana caranya melawan ketergantungan terhadap Impor. Karena itu, semua pihak perlu bersinergi agar Indonesia bisa lebih mandiri,” kata Nicke.

Nicke menegaskan, Pertamina siap bersama dengan Chandra Asri untuk mengembangkan kilang petrokimia. Apalagi, Pertamina sudah memiliki kilang yang diupgrade dengan kemampuan berbasis petrokimia. “Kami punya RDMP Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai yang di-upgrade dan tingkatkan kerja sama hulu dan hilir. Kemudian agar bagaimana produk petrokimia di Indonesia bisa kompetitif dan bisa masuk dan leading di Asia itu tugas kita bersama,” katanya.

Agus Salim Pengestu, Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical, mengatakan dengan adanya kerja sama antara Pertamina dan Chandra Asri, diharapkan industri petrokimia di Indonesia semakin maju.

“Setelah ini kami dapat mulai studi kelayakan, selain itu ada banyak opportunity eksplorasi bisnis petrokimia dalam negeri maupun Asia. Kami yakin bahwa potensi kerja sama di antara kedua pihak masih luas. Proyek-proyek dalam HoA ini hanya langkah awal saja, marilah Kita berupaya mencapai kesepakatan dan bekerjasama demi kemajuan negara tercinta ini,” ungkap Agus Salim.

Pertamina dan Chandra Asri Petrochemical sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada 1 Oktober 2019 untuk menjalin sinergi bisnis petrokimia nasional. Hal ini didasari karena tingginya kebutuhan petrokimia di dalam negeri yang saat ini masih diimpor dalam jumlah yang tinggi (defisit).(RA)