JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Energi akan mengambil alih pengelolaan wilayah kerja Southeast Sumatra (SES) pada pekan depan, pasca berakhirnya kontrak CNOOC SES Ltd pada 5 September 2018.

Southeast Sumatra yang terletak sekitar 90 km dari pantai Jakarta merupakan satu dari delapan wilayah kerja (WK) terminasi pada 2018 yang pengelolaan diserahkan ke Pertamina.

Pertamina melalui PHE telah melakukan kajian operasi dan Quality, Health, Safety, Security & Environment (QHSSE) serta beberapa kali melakukan kunjungan lapangan guna memastikan kelancaran alih kelola pascaterminasi Southeast Sumatra.

Huddie Dewanto, Pelaksana Tugas Harian Direktur Utama PHE,  mengatakan Southeast Sumatra  merupakan salah satu penyumbang produksi migas terbesar di Indonesia.  “Kepercayaan pemerintah menyerahkan pengelolaan Southeast Sumatra ke Pertamina merupakan tantangan. Kami siap menjawab tantangan tersebut dengan mencanangkan operational excellence,” ujar Huddie, Jumat (31/8).

Kinerja produksi minyak dan gas CNOOC SES Ltd. pada Juli 2018 adalah sebesar 30.673 barel per hari (bph) atau telah melebihi target Work Program & Budget (WP&B)  2018 yang ditetapkan pemerintah melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) sebesar 30.000 bph. Pada akhir 2018, Southeast  Sumatra diproyeksikan dapat mencapai produksi minyak bumi sebesar 31.000 bph.

Saat ini, komposisi Participating Interest di WK SES adalah CNOOC SES Ltd. sebesar 65,54%, PHE OSES sebesar 20,55%, PT Saka Energi Sumatra sebesar 8,91% dan PT GHJ SES Indonesia sebesar 5%.

Setelah alih kelola, Pertamina melalui  PT PHE Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) akan menjadi operator dengan kontrak bagi hasil gross split. PHE OSES akan memiliki 100% hak partisipasi (Participating Interest/PI).

Huddie dalam keterangan tertulisnya mengatakan, Pertamina akan mendukung penuh keputusan pemerintah untuk menyerahkan 10% PI Southeast Sumatra ke pemerintah daerah.

“Alih kelola Southeast Sumatra merupakan upaya Pertamina dalam mendukung ketahanan energi Indonesia dan memberikan nilai tambah bagi industri migas yang terus berkembang dengan terus mengedepankan aspek QHSSE,” tandas Huddie.(AT)