JAKARTA – Upaya untuk meningkatkan produksi minyak dan gas (migas) Blok Mahakam, Kalimantan Timur terus dilakukan. Salah satunya dengan menambah kegiatan pengeboran pada tahun ini. Hingga kini tercatat sudah dilakukan pengeboran 31 sumur.

Fatar Yani Abdurrahman, Deputi Operasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan realisasi pengeboran masih dibawah target yang sudah direncanakan. “Target April 33 sumur, terdiri dari swamp 28 sumur dan offshore sebanyak lima sumur. Realisasinya, 31 sumur, terdiri dari swamp 26 sumur dan offshore lima sumur,” kata Fatar di Jakarta, Kamis (25/4).

Pada 2019, sebenarnya sudah dilakukan peningkatan signifikan pada rencana pengeboran jika dibandingkan realisasi pengeboran sumur sepanjang tahun lalu. Jika pada 2018 hanya ada 63 sumur yang dibor,  tahun ini ada 118 sumur direncanakan akan dibor di Mahakam. “Target 2019 118 sumur, swamp 102 sumur dan offshore 16 sumur,” kata Fatar.

Namun demikian, upaya yang sudah dilakukan itu ternyata belum bisa mendongkrak produksi blok yang dikelola PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Mahakam sejak awal 2018 silam. Produksi gas di Blok Mahakam masih menunjukkan tren penurunan sejak diambil alih dari PT Total E&P Indonesie.

Hingga akhir Maret 2019, produksi gas dari Mahakam tercatat hanya sebesar 726 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Realisasi produksi gas justru berbanding terbalik dengan produksi minyak dan kondensat Blok Mahakam yang sudah membaik jika dibandingkan tahun lalu.

Meski produksi belum turun, Pertamina diklaim mampu memangkas laju penurunan produksi (decline rate) dari 18% per tahun menjadi 10% per tahun.

“Namun untuk performa gas masih belum cukup baik di mana sudah terdapat gap sekitar 60 MMSCFD dari realisasi akhir 2018 yang terbawa ke 2019,” kata Fatar.

Dari sisi realisasi secara keseluruhan memang masih dibawah target baik minyak maupun gas. Untuk gas realisasi ini baru 96,8% dari target Work Plan and Budget (WPNB) yang disepakati bersama SKK Migas tahun ini sebesar 750 MMSCFD. Realisasi produksi minyak dan kondensat sebesar 38 ribu barel per hari (bph), dari target 50 ribu bph.

Realisasi pada kuartal I sebenarnya sudah bisa melampaui Rencana Kerja Anggarap Perusahaan (RKAP) perusahaan dimana produksi minyak dipatok 30,4 ribu bph dan produksi gas dipatok sebesar 715 MMSCFD.

“Namun demikian, tetap akan dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi baik dari kegiatan pengeboran, workover atau well service, ataupun penerapan teknologi,” kata Fatar.

Selain itu, Pertamina Hulu Mahakam juga akan melakukan kegiatan lain. Rincinya, perawatan sumur 6.423 kegiatan, melaksanakan shut in build up (SIBU) yakni pengelolaan secara terencana menutup katup kepala sumur dan membuka kembali ketika gas telah terkumpul di 840 unit sumur, MLP unit, Tambora Low Pressure, Go Deeper, Shallow Reservoir.

Menurut Fatar, SKK Migas sudah memperkirakan untuk tahun ini produksi di Mahakam tidak akan mencapai kejayaannya beberapa tahun lalu. Sulit meningkatnya produksi di Mahakam merupakan dampak dari tidak mulusnya proses transisi dari Total ke Pertamina pada 2017.

“Kalau dia mau sama seperti sebelumnya, harus 400 sumur dibor, tapi kan tidak mungkin. Pada 2017 harusnya mereka mengebor lebih dari 100 sumur, tapi cuma 13 sumur. Jadi dampaknya sekarang. tidak salah juga Pertamina,” katanya.

Dua tahun lalu produksi gas di Mahakam bisa mencapai lebih dari 1.286 MMSCFD. Bahkan pada 2018, produksi Mahakam sudah turun menjadi 832 MMSCFD, dibawah target yang dipatok pemerintah sebesar 1.110 MMSCFD.(RI)