BENGKALIS – Menghasilkan air minum dalam kemasan bersumber dari mata air pegunungan atau sumur bor, itu banyak dilakukan di mana-mana. Tetapi, di Bengkalis, anak-anak muda di sebuah dusun memiliki keahlian yang luar biasa: memproduksi air minum berbahan baku air gambut.

Keahlian tersebut ditularkan oleh para perwira PT Kilang Pertamina Internasional Unit (RU) II Sungai Pakning kepada para pemuda Dusun Beringin, Desa Lubuk Muda, Kecamatan Siak Kecil, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sekitar dua tahun lalu. Pertamina meresmikan program inovasi Filtrasi Air Gambut (Filagam) yang merupakan teknologi untuk mengolah air gambut yang berwarna merah menjadi jernih dan layak digunakan masyarakat di desa tersebut.

Inovasi program Filagam lahir akibat kondisi masyarakat Desa Lubuk Muda yang tinggal di sekitar Sungai Dayang kesulitan mendapatkan air bersih untuk memenuhi kehidupan sehari-hari seperti mandi, mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Di sekeliling mereka hanya terdapat air gambut yang mereka konsumsi tanpa melalui proses pengolahan. Namun, penggunaan air gambut yang keruh, asam, dan mengandung unsur organik yang tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti diare atau penyakit kulit.

Belakangan, masyarakat Desa Lubuk Muda juga ragu untuk mengkonsumsi air gambut karena diduga sudah tercemar berbagai zat kimia sehingga berbahaya bagi kesehatan. Untuk kebutuhan air bersih sehar-hari, terutama MCK, mereka menampung air hujan. “Air gambut itu berwarna coklat. Bisa saja misalkan digunakan untuk mencuci baju namun kainnya akan menjadi kuning kalau tidak dibilas air bersih yang bersumber dari hujan,” tutur Andi Syahputera, Ketua Kelompok Tirta Muda, saat ditemui di instalasi pengolahan air Lubuk Muda, Selasa (25/10).

Permasalahan muncul apabila musim kemarau tiba. Masyarakat sangat kesulitan mendapatkan air bersih. RU II Sei Pakning mendengar adanya kesulitan warga tersebut. “Kami langsung melakukan survei dan menyusun program penyediaan air bersih. Langsung kami kerjakan pembangunan instalasinya sekaligus mengedukasi warga untuk melakukan gerakan hidup sehat,“ tutur Manager Produksi RU II Sei Pakning Antoni R Doloksaribu.

Salah seorang anggota Kelompok Tirta Muda memperlihatkan air olahan yang siap dikonsumsi. (Foto: Lili Hermawan)Teknologi pengolahan air bersih sangat dikuasai para perwira Pertamina karena setiap hari mengambil air dari Sungai Dayang untuk kebutuhan operasional dan produksi RU II Sei Pakning. Teknologi ini, kata Antoni, diaplikasikan untuk mengolah air gambut untuk masyarakat lewat Program Filagam. Pada proses awalnya, air dari Sungai Dayang ditampung di dalam suatu kolam. Sebelum masuk bak penampungan, dibutuhkan beberapa tahapan pengolahan mulai dari netralisasi, aerasi, koogulasi-flokulasi, dan filtrasi. Media yang digunakan adalah zeolit, pasir silika dan karbon aktif. Seluruh media penyaringan ditempatkan pada tiga buah tabung filter air fiber (FRV) yakni soda, alun dan betz hingga didapati air yang dihasilkan layak digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.

”Kami menggunakan bahan seperti biasa seperti tawas. Bahan yang agak mahal mungkin zat kimia dalam tabung betz. Sampai saat ini, Pertamina menyuplai seluruh kebutuhan bahan untuk pemrosesan air bersih,” ungkap Antoni.

RU II Sei Pakning membuat inovasi rangkaian penjernih air gambut yang disebut Filagam. Alat ini telah mendapatkan nomor paten P00202107881. Menurut Antoni, program Filagam yang dilakukan perusahaan telah menjawab implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs Tujuan ke-6 yakni memastikan ketersediaan dan manajemen air bersih yang berkelanjutan dan sanitasi bagi semua; Tujuan ke-7 energi bersih dan terjangkau; dan Tujuan ke-11 berupa kota dan permukiman yang berkelanjutan.

RU II Sei Pakning mengucurkan dana CSR sekitar Rp270 juta untuk membangun kompleks pengolahan air bersih. Sebagian besar dana itu, atau sekitar Rp150 juta, dihabiskan untuk membangun instalasi pengolahan air minum berukuran sekitar 6×3 meter per segi (m2) yang terletak di belakang Masjid Al-Inayah pada September 2020. “Kompleks tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti lapangan olahraga dan toilet. Kemarin kami ikut pertandingan volley di sini,” kata Antoni.

Untuk mengelola fasilitas tersebut, RU II Sei Pakning melatih para pemuda Dusun Beringin. Mereka diberikan pelatihan singkat cara mengolah air gambut menjadi air bersih. Terbentuklah Kelompok Tirta Muda beranggotakan 10 orang pemuda sebagai pengelola dan Andi Syahputera didapuk sebagai ketuanya. “Andi sudah kami angkat sebagai manajer pengolahan dan produksi air,” canda Antoni.

Di bawah kepemimpinan Andi, Tirta Muda mampu memaksimalkan instalasi Filagam sehingga dapat memproduksi sekitar 5.840 ton air bersih per tahun. Menurut Andi, air bersih tersebut telah distribusikan lewat jaringan pipa secara gratis ke rumah warga di Dusun Beringin. Sebanyak 116 KK kini telah memiliki akses terhadap air bersih dengan jumlah konsumsi sekitar 4.088 ton.

“Pencapaian ini dulu tidak pernah terbayangkan. Kami mampu mengolah air merah menjadi air putih. Dahulu kami susah air. Sekarang sejak 2021 sudah ada saluran air minum ke rumah-rumah untuk mencukupi kebutuhan warga,” kata Andi.

Andi dan kelompoknya berusaha memperluas jangkauan air bersih bagi warga Desa Lubuk Muda. Sayangnya, kata dia, pembangunan pipa distribusi air minum masih terkendala kondisi geografis karena permukiman yang akan dijangkau berada di sepanjang aliran Sungai Dayang. “Kami masih kesulitan memasang pipa,” katanya.

Inovasi Kelompok Tirta Muda tidak berhenti pada distribusi air bersih melalui pipa. Mereka menggagas untuk memproduksi air minum dalam kemasan dengan merek “Tirta Muda“ dengan proses reverse osmosis (RO) sehingga menghasilkan air dengan molekul yang lebih ringan, mudah diserap tubuh dan baik untuk kesehatan ginjal. Air tersebut dikemas dalam galon dan botol ukuran 300 ml.

Pada tahun ini, air kemasan yang bisa langsung diminum tersebut sudah dipasarkan. Air kemasan “Tirta Muda” dijual lebih murah 71,4% dari harga pasar. Satu galon air, misalnya, dijual seharga Rp5 ribu. Bandingkan dengan harga satu galon dari merek ternama Menurut Andi, masyarakat sangat antusias karena dapat membeli air minum yang sehat dengan harga murah. Tidak heran apabila pemasaran produk air Tirta Muda sudah menjangkau lebih dari 3 ribu orang. “Pendapatan kelompok per tahun mencapai Rp86,4 juta,” katanya.

Manfaat lain dari program Filagam adalah terciptanya budaya hidup sehat. Junior Officer Communication Relations dan CSR KPI Unit II Sei Pakning Rahmad Hidayat menjelaskan setelah adanya program Filagam kondisi Kesehatan masyarakat Desa Lubuk Muda makin meningkat. “Saya datang ke Puskesmas dan mendapatkan informasi jumlah warga yang berobat untuk gangguan pencernaan atau kulit jauh berkurang. Dampak ini memang memerlukan kajian lebih lanjut,” tuturnya.

Saat ini, kata Rahmad, RU II Sei Pakning akan fokus melatih dan membantu Kelompok Tirta Muda hingga sudah mandiri ketika memasuki fase exit setelah 4-5 tahun pelaksanaan program CSR tersebut. “Kami akan membantu sampai benar-benar mampu beroperasi secara mandiri. Sehingga nantinya, KPI akan mencari wilayah-wilayah lain di Bengkalis yang juga membutuhkan inovasi Filagam. Walaupun setelah exit strategy kami masih monitoring untuk keberlanjutannya,” jelasnya.

Antoni menambahkan Pertamina berharap program Filagam bisa berkelanjutan dan anak muda di desa tersebur bisa semakin maju serta menjadi kebanggaan Bengkalis. Program ini berpotensi untuk direplikasikan ke beberapa tempat yang memiliki problem serupa. “KPI selalu mensosialisasikan lewat Musrembang sehingga Pemerintah Daerah dapat melihat dan mengaplikasikannya di derah lain. Pertamina ingin program filagam ini tak hanya berhenti di Desa Lubuk Muda.“ ungkap dia.

Kepala Desa Lubuk Muda, Irawan, mengaku program Filagam sangat membantu akses air bersih penduduk desa. “Pihak desa siap bekerja sama dalam pelaksanaan program agar program pertamina dapat berkelanjutan, terima kasih atas bantuan yang diberikan Pertamina,” ujarnya,

Dia mengabarkan telah mengalokasikan Dana Desa untuk membantu Kelompok Tirta Muda. “Kami telah sisihkan anggaran buat mereka. Semangat anak-anak muda perlu didorong agar mereka lebih semangat melakukan inovasi,” katanya. (Lili Hermawan)