JAKARTA – Pemerintah terus berupaya menerapkan berbagai strategi guna merealisasikan target pengembangan pemanfaatan energi panas bumi. Ida Farida, Direktur Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan salah satu strategi yang dikembangkan antara lain menciptakan pasar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah memiliki program seperti Flores Geothermal Island di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kami masih menyusun roadmap pengembangan panas bumi, dengan demikian diharapkan akan menciptakan pasar sehingga semakin cepat merealisasikan Flores sebagai Geothermal Island. Mudah-mudahan tahun ini selesai kajiannya,” kata Ida kepada di Jakarta, Rabu (14/8).

Target pengembangan energi panas bumi Indonesia pada 2025 sesuai Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) adalah sebesar 7.241,5 megawatt (MW). Kapasitas terpasang PLTP saat ini adalah sebesar 1.948,5 MW.

Provinsi NTT, khususnya di Pulau Flores diyakini memiliki potensi panas bumi yang cukup besar di antaranya di Ulumbu, Mataloko, Mutubusa, Ropa dan Atadei. Dari 12 wilayah prospek panas bumi di Pulau Flores, terdapat tiga wilayah yang mendapat izin pengelolaan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), yaitu Ulumbu, Mataloko dan Sokoria dengan total kapasitas terpasang mencapai 12,5 megawatt (MW).

Pemanfaatan potensi panas bumi diharapkan dapat meningkatkan rasio elektrifikasi di NTT secara signifikan. Berdasarkan data Kementerian ESDM tercatat rasio elektrifikasi NTT termasuk yang terendah di Indonesia, dimana hingga bulan Juni 2019 sebesar 72%.

Ida menambahkan, strategi lainnya adalah dengan meningkatkan klaster ekonomi berbasis sumber daya setempat dengan PLTP, seperti Klaster Halmahera dan Klaster Bacan. Strategi ini juga masuk dalam roadmap pengembangan panas bumi. “Statusnya masih sama dengan Flores Geothermal Island, masih menyusun roadmap,” tandas Ida.(RA)