JAKARTA – Pemerintah menargetkan bisa mengeskpor gas ke Vietnam pada tahun 2026. Saat ini blok Tuna tengah dikembangkan oleh konsorsium Harbour Energy dan Zarubezhneft.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan pilihan untuk mengekspor gas dari blok Tuna ke Vietnam karena pertimbangan keekonomian. “Di blok Tuna ada konsorsium yang kerja sama ada Harbour Energy dan Zarubezhneft. mudah-mudahan 2026 gasnya diambil dikirim ke Vietnam,” kata Arifin saat berbincang dengan media di Kementerian ESDM, Jumat (23/12).

Menurut Arifin mengalirkan gas ke Vietnam dinilai jauh lebih menguntungkan ketimbang harus membuat infrastruktur baru untuk disalurkan ke Indonesia, karena jarak antara sumur gad dengan wilayah Indonesia lebih jauh dari sumur gas ke Vietnam. “Ke Vietnam lebih dekat tinggal bangun pipa,” ujar Arifin.

Potensi gas yang bakal diekspor memang cukup besar. Sehingga dicari jalan keluar agar gas bisa dimonetisasi dan memberikan keuntungan bagi penerimaan negara. “Ada potensi volumenya 100-150 MMscfd,” ungkap Arifin.

Blok Tuna merupakan wilayah Kerja migas di lepas pantai Indonesia. Blok ini terletak di Laut Natuna di dekat perbatasan Vietnam, dengan kedalaman air sekitar 110 meter.

Saat ini berbagai aktifitas untuk memastikan jumlah cadangan yang bisa diproduksikan terus dilakukan. Pengeboran sumur eksplorasi Singa Laut-2 sempat dilakukan di blok Tuna.

Blok Tuna memang memiliki peran strategis bagi geopolitik Indonesia. Karena terletak di perbatasan dengan Vietnam dan dekat dengan LCS yang kerap menjadi sengketa banyak negara sekitarnya. (RI)