(Foto/Dunia-Energi/Tatan Agus RST)

JAKARTA – Rencana pemerintah untuk membuka akses data minyak dan gas bumi (migas) secara bebas dan seluas-luasnya mendapatkan sambutan positif dari kalangan pelaku usaha dan ahli geologi sebagai salah satu cara yang patut dilakukan untuk mendorong peningkatan aktivitas eksplorasi.

Syamsu Alam, Ketua Ikatan Alumni Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan rencana untuk merevisi regulasdi tentang akses data sebenarnya bukanlah isu baru, namun para pelaku usaha juga telah menantikan lama rencana tersebut. Apalagi dalam ilmu geologi, termasuk di sektor migas, semakin sedikit data yang ada maka emakin bias interpretasi. Maka apabila semakin banyak data, semakin akurat data tersebut.

“Ide yang disampaikan ini bukan baru, tapi sudah lama ditunggu-tunggu bagaimana bisa mendapatkan data sebanyak mungkin. Jadi banyak teman-teman (ahli geologi) yang justru bertanya kapan implementasinya,” kata Syamsu dalam Seminar Energi Neraca Energi Indonesia, Suatu Tinjauan Kritis Sektor Migas” yang digelar Ikatan Alumni Teknik Geologi ITB di Jakarta, Selasa (19/2).

Syamsu memahami terkait kerahasiaan data cukup krusial karena itu jika memang akan direvisi aturan kerahasiaan data harus prudence secara hukum.

“Kalau masih ada concern kerahasiaan, kami bisa berikan feedback. Kalau keterbukaan data dari aksi perusahaan itu sangat bagus mengurangi risiko dan berpotensi meningkatkan success ratio,” ungkap dia.

Menurut Nanang Abdul Manaf, Wakil Ketua Ikatan Alumni Teknik Geologi ITB yang juga Direktur Utama PT Pertamina EP, pada intinya para pelaku usaha menantikan adanya akses data yang luas. Apabila akses data akan dibuka secara luas maka peluang untuk mendapatkan potensi temuan cadangan baru tentu akan semakin terbuka lebar.

Bicara tentang geologi yang terbaik bicara tentang basin. Satu basin bisa terdiri dari puluhan wilayah kerja atau blok. Masalahnya, selama ini ada beberapa wilayah kerja yang beririsan dengan wilayah kerja lain sehingga akses data menjadi sulit.

“Kalau data bisa diintegrasikan maka hasil analisis bisa lebih komprehensif. Masalah selama ini, kami mau liat data sebelah, butuh izin dan lain-lain,” kata Nanang.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri ESDM menegaska saat ini finalisasi untuk membuka data migas masih diselesaikan. Namun pemerintah tidak mau dianggap menjual rahasia negara dengan membuka akses data migas.

Ada beberapa macam data migas yang selama ini dibutuhkan dan terkadang sulit didapatkan oleh para pelaku usaha migas., seperti data akuisisi dan data spek survei. “Data-data akuisisi nantinya bisa kita peroleh secara gratis. Tapi kita jaga sesuai kerahasiaannya,” tandas Arcandra.(RI)