DENPASAR – Sebanyak 21 dosen dari 7 politeknik negeri di Indonesia, yaitu Politeknik
Energi dan Mineral Akamigas Cepu, Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Ambon, Politeknik Negeri Ujung Pandang, dan Politeknik Negeri Sriwijaya, melakukan kunjungan ke tiga lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali. Tiga lokasi PLTS tersebut antara lain di
Waterbom Bali yang dibangun oleh PT Solarion Energi Alam, PLTS di Agung Toyota Bodi & Cat Tabanan yang disediakan oleh PT ATW Alam Hijau dan dibangun oleh PT ATW Solar Indonesia,
serta kunjungan ke PLTS Bangli yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Bhukti Mukti Bhakti.

Kunjungan ke beberapa lokasi PLTS tersebut merupakan rangkaian dari pelatihan peningkatan kapasitas dosen dan penguatan hubungan industri bagi 5 politeknik negeri yang akan meluncurkan
program D4 Spesialisasi 1 Tahun Energi Terbarukan Bidang Solar, Hydro, dan Hybrid pada September 2022. Program pelatihan merupakan dukungan dari proyek Renewable Energy Skills Development (RESD), yaitu kerja sama pembangunan antara Pemerintah Swiss dan Pemerintah Indonesia yang sudah berlangsung dari tahun 2020 hingga 2025.

Proyek RESD telah melakukan pelatihan intensif selama 1,5 tahun terakhir bagi dosen Politeknik Energi dan Mineral Akamigas Cepu, Politeknik Negeri Bali,
Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Ambon, Politeknik Negeri Ujung Pandang khususnya di bidang energi surya dan energi hidro.

Pemerintah Indonesia menargetkan Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 23% dari bauran energi primer nasional pada tahun 2025 (ekuivalen dengan 45.2 GW kapasitas Pembangkit EBT) dan m31% pada tahun 2050, serta mnetral karbon (Net
Zero Emission
/NZE) pada tahun 2060. Dengan demikian, maka perlu upaya bersama dari semua pihak, termasuk dari dunia pendidikan dan dunia industri, untuk bekerja sama mendukung program transisi energi tersebut.

Graham Pearson, Chief Operating Officer PT Solarion Energi Alam, menyampaikan bahwa pembangunan PLTS akan berperan besar dalam memenuhi kebutuhan energi di Indonesia, memiliki dampak yang
baik bagi lingkungan hidup, dan membuka lapangan kerja.
“Solarion memiliki memiliki komitmen jangka panjang dalam pembangunan PLTS, termasuk dalam pengembangan sumber daya manusia di bidang energi terbarukan. Kami sangat mendukung program Pemerintah Indonesia, salah satunya kerja sama pembangunan seperti Proyek RESD,” ujarnya, Kamis(4/8).

Graham menambahkan, dengan adanya beberapa lokasi pembangunan PLTS Solarion di Pulau Jawa dan Bali yang sedang berjalan, maka Solarion siap menampung lulusan dari politeknik binaan RESD untuk belajar dan praktik kerja di Solarion agar siswa dapat memperkaya
pengetahuan praktis di industri PLTS.

Soichiro Nishimori, Direktur Utama PT ATW Alam Hijau, menyampaikan dukungannya bagi dunia usaha seperti Agung Toyota yang ingin melestarikan lingkungan sekaligus menghemat pemakaian
listrik.
“Kami di PT ATW Alam Hijau dapat menyediakan sistem PLTS tanpa investasi di awal sehingga masyarakat makin mudah memiliki panel surya di atapnya,” ujar Nishimori.

PT ATW Solar Indonesia sebagai mitra pemasang dari PT ATW Alam Hijau, juga sudah aktif menjembatani antara
industri dengan masyarakat dengan mengadakan program “Kampung Surya”, yaitu edukasi dan pelatihan bagi masyarakat umum untuk menjadi operator dan melakukan pemeliharaan pada PLTS
atap.

Martin Stottele, Pimpinan Pelaksana Proyek Renewable Energy Skills Development (RESD), menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Swiss bekerjasama untuk meluncurkan
program Diploma 4 Spesialisasi 1 Tahun Energi Terbarukan dengan penyelenggaran kuliah perdana angkatan pertama di bulan September 2022. Calon siswa dapat mendaftarkan diri di lima politeknik,
yaitu 4 politeknik di bawah Kemendikbudristek (Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta,
Politeknik Negeri Manado, Politeknik Negeri Ujung Pandang) dan PEM Akamigas di bawah Kementerian ESDM. Program spesialisasi D4 di sini merupakan program yang inovatif karena ditujukan bagi lulusan Diploma 3 teknik (Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Sipil) untuk mengambil program 1 tahun (semester 7 dan 8) spesialisasi energi terbarukan, atau siswa Diploma 4 teknik yang ingin mengambil peminatan energi terbarukan di tahun terakhirnya. Lulusan program akan mendapatkan gelar Sarjana Teknik Terapan Energi Terbarukan.

“Pelaksanaan program diperkuat
dengan hibah peralatan laboratorium energi terbarukan dari Pemerintah Swiss dan kerja sama dengan perusahaan energi terbarukan, termasuk dengan PT Solarion Energi Alam, PT ATW Alam Hijau, dan PT ATW Solar Indonesia untuk kunjungan lokasi PLTS, program magang, dan dosen ahli industri,” ujar Martin.

Tujuan utama dari proyek RESD adalah menciptakan tenaga kerja yang kompeten di bidang perencanaan, desain, pembangunan dan pemasangan, inspeksi dan commissioning, supervisi, pengoperasian dan pemeliharaan PLTS, pembangkit listrik hybrid surya diesel, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) melalui penciptaan program D4 spesialisasi energi terbarukan satu tahun (semester 7 dan 8) di 5 politeknik percontohan di Indonesia; peluncuran program diklat energi terbarukan di 5 lembaga pelatihan kerja; dan penguatan pertukaran informasi dan komunikasi di sektor energi terbarukan. Proyek RESD juga menyediakan pendampingan dari Swiss Universities of Applied Sciences and Arts dan Swiss Federal University for
Vocational Education bagi tenaga pendidik politeknik guna memberikan masukan kurikulum, praktik terbaik di bidang vokasi dan metodologi pengajaran, dan kerja sama industri.

Mitra program RESD mencakup BPSDM Kementerian ESDM sebagai mitra utama, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan & Konservasi Energi dan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Badan Nasional Sertifikasi Profesi, dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Program RESD juga bekerja sama dengan politeknik, lembaga pendidikan dan pelatihan kerja, asosiasi industri, dan sektor swasta. (RA)