JAKARTA – PT PLN (Persero) meminta tambahan pasokan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) seiring peningkatan penggunaan di Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). Chairani Rachmatullah, Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas Bumi PLN, mengatakan peningkatan penggunaan LNG tidak lepas dari penurunan pasokan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang diluar prediksi.

“Salah prediksi pasokan dari PLTA. Kami salah buat perkiraan, air sudah akan banyak bulan Agustus tenyata baru Oktober masuknya air ke waduk-waduk PLTA PLN,” kata Chairani di Jakarta, Kamis (1/11).

Ia menuturkan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang ada maka PLN meminta tambahan pasokan sebanyak 4,7 kargo yang dibagi menjadi tiga tahapan pengiriman untuk di tiga bulam terakhir pada tahun ini. “Tahun ini tambahannya 4,7 kargo. Sebanyak 0,7 sudah masuk Oktober, dua kargo masuk November, dua masuk Desember,” ungkap Chairani.

Selain kesalahan prediksi penyaluran listrik dari PLTA, penambahan penggunaan LNG juga diakibatkan terganggunya PLTU Paiton. “PLTA dan ada kerusakan IPP yang Jawa Power sama Cirebon,” kata dia.

Gangguan yang dialami Paiton sempat menyebabkan terjadinya pemadaman listrik besar-besaran selama beberapa jam di wilayah Bali dan sebagian Pulau Jawa.

Menurut Chairani, sistem Jawa-Bali sempat kewalahan saat gangguan PLTU Paiton diiringi kurangnya pasokan dari PLTA. Namun dengan adanya tambahan pasokan gas kini kondisi sudah berangsur normal. “Jadi PLTA kami tidak bisa beroperasi, air baru naik pada Oktober. LNG September diorder. Oktober sistem Jawa-Bali berdarah-darah,” kata dia.

Waras Budi Santosa, Kepala Divisi Monetisasi Minyak dan Gas Bumi SKK Migas, mengatakan pasokan gas selalu tersedia karena biasanya produksi gas berlebih diluar yang sudah berkontrak, sehingga kelebihan itu bisa langsung digunakan PLN.

“Dia (PLN) kan bermasalah di batu bara, jadi ya sudahlah kebetulan dan integrated,” kata Waras.(RI)