JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bersama para mitra yakni Taiyuan Iron & Steel (Group) Co Ltd (Taigang) melalui anak usahanya Baowu dan Shandong Xinhai Technology Co Ltd. menandatangani perjanjian investasi pengembangan Blok Bahadopi.

Febriany Eddy, Direktur Utama dan CEO Vale Indonesia, mengungkapkan dengan penandatanganan ini menandakan bahwa para mitra Vale setuju dengan rencana investasi sehingga proyek bisa langsung dieksekusi dengan pekerjaan fisik di akhir tahun ini.

“Penandatangan perjanjian investasi proyek Blok Bahadopi dengan penandatangan kita percepat pekerjaan di lapangan sehingga bisa rampung di 2025, sesuai kontrak,” kata Febriany, saat penandatanganan perjanjian investasi, di Jakarta, Selasa (6/9).

Vale baru saja menyelesaikan proses penyusunan Final Investment Decision (FID) untuk proyek tambang dan smelter nikel di Blok Bahadopi, Sulawesi Tengah. Sementara untuk proses tender sudah dilakukan dan ditargetkan selesai dalam dua bulan ke depan sehingga proses pengerjaan fisik bisa dieksekusi di bulan November.

Proyek Bahadopi nantinya bakal menjadi game changer pengelolaan tambang nikel karena rencananya tidak akan menggunakan batu bara baik sebagai pembakaran maupun listrik untuk kegiatan operasional maupun pabrik smelter-nya.

Nantinya, bahan bakar untuk smelter dipastikan akan rendah emisi sehingga bukan berasal dari batu bara. Vale akan menggunakan gas dan akan memprioritaskan pasokan gas dari dalam negeri, khususnya untuk di Blok Bahadopi yang dipastikan akan menggunakan Liquefied Natural Gas (LNG).

Target produksi nikel dari blok Bahadopi sebesar 60 ribu ton per tahun. Vale membutuhkan pasokan listrik cukup besar untuk pabrik pengolahan (smelter) Feronikel. Total investasi pengembangan Blok Bahadopi dipatok sekitar US$2,1 miliar.

Chief Executive Officer (CEO) PT Vale Indonesia Tbk Febriani Eddy mengatakan dengan penandatanganan ini akan mempercepat konstruksi, sehingga dapat rampung pada  2025.

“Proyek ini masuk sebagai PSN, ini berarti proyek ini mempunyai nilai strategis peningkatan, pertumbuhan, pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan pembangunan daerah,” ujarnya, dalam sambutan di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (6/9).

Bernardus Irmanto, Direktur Keuangan Vale Indonesia, menyatakan sumber pembiayaan mayoritas atau sekitar 70% akam berasal dari pinjaman sisanya 30% dari masing-masing mitra termasuk Vale Indonesia.

“Secara kepemilikan saham Vale akan mendapatkan 49%, sementara partner kami akan mendapat 51%. Itu pembagian investasinya juga. Sebetulnya yang masuk partner bukan dua perusahaan itu, jadi nanti ada perusahaan join venture antara mereka, dan JV itu akan masuk di proyek Bahadopi. Kami targetkan 70% investasi dari pinjaman bank, 30% equity masing-masing shareholders,” kata Bernardus. (RI)