LABUAN BAJO – Pelaksanaan Energy Transition Working Group (ETWG) sebagai bagian dari KTT G20 berlangsung cukup alot. Para negara anggota G20 mulai merumuskan kerjasama konkret yang akan diimplementasikan nantinya dalam rangka menuju transisi energi yang terus dirorong Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20 edisi kali ini.

Yudo Dwinanda Priaadi, Chair ETWG G20, menyatakan berbagai usulan dari para negara anggota sudah mulai mengerucut. Salah satunya adalah mengenai skema partnership yang akan digunakan untuk mendorong transisi energi di suatu negara. Di antara  usulan yang disampaikan dan mendapatkan sambutan positif yakni skema justice energy transition partnership atau kemitraan transisi energi yang adil.

Usulan tersebut disampaikan oleh Jerman. Dengan skema itu,  kebijakan transisi energi yang ditempuh suatu negara akan di-backup atau ditopang oleh negara-negara maju yang juga menjadi anggota G20. Tujuannya agar negara-negara berkembang khususnya memiliki fondasi kuat agar target melakukan transisi energi bisa berjalan.

“Kami  bicara mengenai mendorong partnership. Tipe baru kerjasama sifatnya negara punya rencana di-backup banyak mitra,” kata Yudo, saat ditemui di sela-sela sidang ETWG II, Kamis (23/6).

Isu ketahanan energi juga menjadi salah satu pembahasan utama terlebih dengan adanya konflik Rusia-Ukraina. Konflik tersebut membuat banyak negara di dunia termasuk anggota G20 khawatir sehingga perlu ada kesepakatan bersama guna memastikan ketersediaan energi.

“Ketahanan energi sedang terganggu, ada juga delegasi yang menyinggung agar harga energi diatur lagi,” ujar Yudo.

Menurut dia, seluruh anggota G20 satu suara agar harga energi bisa terjangkau. Melonjaknya harga energi yang terjadi sekarang ini memicu seluruh negara untuk mengamankan pasokan energinya. “Concern semua pihak harus affordable, semua peduli harga sedang tinggi,” ungkap Yudo. (RI)