JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan lifting migas sampai akhir tahun nanti tidak mencapai target. Meski begitu, penerimaan negara dari sektor hulu hampir dipastikan akan jauh melampaui target disebabkan oleh lonjakan harga minyak dan gas global yang cukup signifikan.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menyatakan salah satu penyebab tidak sampainya target adalah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung membuat pelaksanaan beberapa kegiatan hulu migas tertunda.

Menurut Dwi, tertundanya proyek hulu migas menyebabkan hingga kuartal III tahun ini lifting migas tidak ada yang capai target. SKK Migas mencatat realisasi lifting migas nasional yang hingga September 2021 rata-rata sebesar 1,64 juta barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/BOEPD) atau 95,8 persen dari target 1,68 juta BOEPD. Dengan rincian yakni lifting minyak 661,1 ribu barel per hari (BPH) gas 5.481 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd).

“Diharapkan di akhir tahun ini lifting minyak bisa 665 ribu BPH atau 94 persen dari target 705 ribu BPH, dan gas 5.529 MMscfd atau 98 persen dari target 5.638 MMscfd,” kata Dwi, dalam konferensi secara virtual, Selasa (19/10).

Dwi menjelaskan dampak pandemi COVID-19 masih sangat terasa di sektor hulu migas. Selain produksi migas awal tahun yang rendah sebagai akibat pandemi yang berlangsung dari tahun lalu, beberapa kegiatan di tahun ini pun tertunda. Rincinya, seismik 2D sepanjang 234 kilometer (km) dari rencana 1.917 km, seismik 3D 165 kilometer persegi (km2) dari 1.549 km2, pengeboran 6 sumur eksplorasi dari 48 sumur dan 18 sumur pengembangan dari 616 sumur, serta jadwal operasi 3 proyek migas dari 15 proyek.

Menurut Dwi, perkiraan realisasi sampai akhir tahun sudah menghitung berbagai upaya yang akan dilakukan SKK Migas bersama KKKS di sisa tahun ini seperti optimasi produksi yang diharapkan menambah lifting sebesar 3 ribu BPH, penambahan kegiatan pengeboran dan kerja ulang (work over) 500 BPH, penggunaan teknologi produksi dan debottlenecking 500 ribu BPH, pengurangan stok 1,8 ribu BPH, serta crashed program 1,6 ribu BPH.

Sementara untuk gas, tambahan lifting akan diperoleh dari kegiatan optimasi penyerapan sebesar 55 MMscfd dan optimasi operasi 20 MMscfd. “Situasinya untuk lifting gas lebih baik,” ujar Dwi.

Di sisi lain penerimaan negara dari sektor hulu migas justru telah jauh melampaui target seiring dengan naiknya minyak mentah global, hingga September, penerimaan negara dari migas tercatat mencapai US$9,53 miliar atau 131 persen dari target yang ditetapkan US$7,28 miliar.

“Tentu saja kalau outlook satu tahun kami bisa dapatkan lebih tinggi lagi,” ujarnya.

Arief S Handoko Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas menyatakan, penerimaan negara dari hulu migas bakal melampaui target juga lantaran kegiatan komersial yang intens yang dilakukan pihaknya. “Sampai akhir tahun, penerimaan negara diproyeksikan sebesar US$ 11,7 miliar,” kata Arief.(RI)