JAKARTA – Marubeni, perusahaan Jepang yang menjadi mitra PT Pertamina Power Indonesia (PPI) di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 1, mengklaim pengerjaan proyek pembangkit listrik berkapasitas 1.760 megawatt (MW) di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, itu sudah sesuai prosedur.

Slamet Muhadi, direktur anak usaha Marubeni Indonesia, mengatakan Marubeni sangat menghargai kerja sama dengan PPI selama proses pengerjaan PLTGU Jawa I yang menelan investasi US$1,8 miliar.

“Dirut PPI (Ginanjar Sofyan) adalah Consortium Leader selama proyek Jawa 1, dari mulai proses tender sampai pelaksanaan proyek. Bahkan Dirut PPI juga menjadi CEO di SPC, PT Jawa Satu Power,” ujarnya, Jumat (1/11).

Menurut Slamet, Marubeni sangat menghargai kerja sama dan hubungan baik dengan Dirut PPI selama ini. Kepentingan Marubeni adalah proyek Jawa 1 bisa selesai tepat waktu dan tepat untuk kerja, sesuai komitmen kami di PPA dengan PLN.

Slamet juga menjelaskan bahwa untuk PLTGU Jawa 1, PT Jawa Satu Power (JPS) sudah memberikan full turn key contract ke EPC ( Samsung-GE-Meindo consortium).

“Mereka yang bertanggung jawab untuk procurement termasuk menentukan pipa harus dibeli dari siapa. EPC yang harus menggaransi performancenya nantinya. Marubeni tidak pada posisi untuk memaksa mereka,” ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Ginanjar Sofyan, Direktur Utama PPI, anak usaha PT Pertamina (Persero,) di sektor energi terintegrasi, dikabarkan bakal diberhentikan dari jabatannya. Surat pemberhentian Ginanjar pun sudah diteken Direksi PT Pertamina (Persero), pekan lalu. Dalam surat yang sama, tertulis juga Ginanjar dibebastugaskan dari jabatan Dirut Konsorsium PLTGU Jawa-1. Pencopotan tersebut diduga terkait “perseteruan” Ginanjar dengan Marubeni, perusahaan Jepang yang jadi mitra PPI di proyek PLTGU Jawa 1 berkapasitas 1.760 megawatt yang dibangun di Cilamaya, Kabupaten Karawang.

PLTGU Jawa 1 ditargetkan mulai beroperasi komersial pada akhir 2021. PLTGU Jawa 1 merupakan proyek pembangkit terintegrasi dengan Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Investasi FSRU sebesar US$300 juta-US$400 juta

Pembangunan kapal FSRU Jawa 1 juga telah dimulai di galangan kapal Samsung Heavy Industries Busan, di Korea Selatan. Kapal FSRU memiliki kapasitas kargo penyimpanan liquefied natural gas (LNG) sebesar 170.150 m3 dengan kapasitas unit regasifikasi 300 MMSCFD.

Kapal FSRU Jawa 1 direncanakan selesai pada Desember 2020 dan direncanakan memasuki perairan Indonesia pada pertengahan Januari 2021. Terkait MOL, adalah salah satu shareholder di PT Jawa Satu Regas, operator dan FSRU.

“Keterlibatan MOL sudah melalui kajian dan diputuskan bersama semua sponsor (PPI, Marubeni dan Sojitz). Tidak ada satupun corporate action dari JSP tanpa persetujuan semua sponsor,” tandas Slamet.(RA)