JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengantisipasi mulai berakhirnya fase puncak produksi Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu yang saat ini dikelola oleh ExxonMobil.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas,  mengatakan dalam proyeksi rencana pengembangan Lapangan Banyu Urip sebenarnya masa puncak produksi sudah lewat karena diperkirakan bisa berproduksi hanya 18 bulan. Tapi pada kenyatannya Exxon bisa menjaga masa puncak produksi lebih dari lima tahun dan diperkirakan berakhir pada 2020. Untuk itu, SKK Migas dan ExxonMobil terus berkoordinasi dan berupaya agar umur produksi Blok Cepu tidak berkurang secara drastis.

Menurut Julius, puncak Blok Cepu yang saat ini berproduksi di atas 220 ribu barel per hari (bph) lebih 228 ribu bph maksimum, bahkan pernah menyentuh 300 ribu bph.

“Performance Lapangan Banyu Urip sudah jauh di atas yang kita rencanakan. Sesuai dengna persetujuan PoD areal Banyu Urip plateu-nya sekitar 18 bulan pertama. Nyatanya sudah lima tahun lebih masih bisa perform,” kata Julius dalam konferensi pers akhir 2020, belum lama ini.

Beruntung hingga tahun ini pihak Exxon sudah merencanakan produksi yang tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Itu artinya kontraktor sukses memperpanjang umur sumur.

Julius Wiratno, secara teknis kondisi reservoir Lapangan Banyu Urip sangat bagus karena sedikitnya kandungan air

“Decline karena kondisi , namun masih ada berita bagus karena pressure turun tapi belum ada water cut yang naik. Di hasil wpnb 2021 saya melihat 220 ribu juga  turunya tidak akan drastis kita akan maintain terus,” ungkap Julius.

Sejauh ini belum terlihat adanya potensi penambahan produksi di Blok Cepu. Tapi jika melihat kondisi reservoir serta umur sumur yang sudah jauh melebihi harapan saat rencana pengembangan dulu maka mempertahankan produksi di level 200ribuan bph merupakan capaian yang sangat positif.

“Apakah akan naik? Kalau ada tambahan naik tentu saja kami sedang usahakan dengan ExxonMobil mempertahankan lebih lama,” tegas Julius.

Blok Cepu merupakan blok migas kontributor terbesar produksi minyak nasional saat ini dengan rata-rata produksinya mencapai 200 ribu bph. Blom Cepu juga jadi andalan pemerintah untuk bisa mengejar target produksi minyak dalam kurun waktu lima tahum terakhir. Jika penurunan produksi blok Cepu terjadi sangat cepat maka ini akan jadi pukulan berat bagi pemerintah yang tengah mengejar target produksi minyak 1 juta bph pada 2030.(RI)