JAKARTA – Pemerintah diminta memberikan subsidi di sektor energi hanya untuk masyarakat kelas bawah yang benar-benar sangat membutuhkan. Selain itu, pemberian subsidi melalui BBM diminta dievaluasi. Pemberian subsidi lebih tepat untuk BBM dengan kualitas lebih baik, seperti Pertalite.

Ahmad Bambang, Mantan Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), mengungkapkan kondisi negara yang saat ini tengah dihantam gelombang pandemi Covid-19 bisa dijadikan momentum bagi negara untuk mengalokasikan subsidi energi tepat sasaran.

“Saat ini kesempatan bagi Pertamina, Kementerian Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian ESDM, dan Kementerian Lingkungan Hidup untuk bekerja sama mengingat keuangan negara terbatas,” kata Ahmad, Kamis (28/5).

Pria yang juga pernah duduk sebagai komisaris Pertamina itu juga mengusulkan untuk menghapus BBM subsidi jenis Premium, sebagai tahap awal langkah ini bisa dilakukan paling tidak khususnya pertama kali dilakukan di Pulau Jawa.

“Lalu subsidi dialihkan ke BBM jenis Pertalite, tapi terbatas. Misalnya hanya untuk angkot dan sepeda motor dengan kapasitas mesin maksimal 150 cc. Pertalite yang disubsidi itu juga hanya disalurkan oleh SPBU tertentu, misalnya SPBU yang dekat terminal angkot atau jalur padat angkot sehingga memudahkan dalam pengawasannya.” ungkap Ahmad.

Tahap selanjutnya adalah Pertalite naik kelas dari semula RON 90 ke RON 91 sesuai standar Euro IV, lalu Pertamax dari RON 92 ke RON 94, sesudah itu ada Pertamax Turbo dengan RON 98. Ini dimaksudkan agar kita bisa memenuhi Euro IV dimana salah satu syaratnya adalah RON minimal 91.

“Jika sudah sesuai standar minimal Euro IV lalu secara bertahap naik ke Euro V. Dengan demikian, lingkungan hidup akan lebih bagus akibat digunakannya energi yang lebih baik sehingga polusi turun. Kota-kota metropolitan dan wilayah Pulau Jawa harus mengalami perbaikan soal polusi. Namun jangan lupa tetap memikirkan kemampuan masyarakat agar tetap mampu membeli,” kata dia.

Secara teknis, dalam implementasinya nanti maka harga Pertalite subsidi harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan harga Premium saat ini.

Menurut Ahmad penataan BBM Pertamina sudah dimulai sejak tahun 2016 saat diluncurkan Pertalite agar masyarakat pindah ke BBM yg lebih baik dan lebih ramah lingkungan dengan pemahaman yg lebih efisien. Harga murah tidak dilihat per liter tetapi per Km.

Itu sebabnya, Pertalite dibuat dengan RON 90 agar selisih harga tidak terlalu banyak dengan Premium (500 – 1000 rp/liter) sehingga masyarakat akan pindah ke Pertalite karena selain lebih efisien (lebih murah per km), juga tarikan motor lebih joss, perawatan motor lebih baik dan emisi lebih rendah sehingga lebih ramah lingkungan.

Program ini berhasil “memindahkan” Konsumen Premium ke Pertalite lebih dari 65% dan terus bertambah, diikuti juga kenaikan konsumsi Pertamax. Dengan demikian, konsumen premium tinggal hanya 30% atau kurang sampai ada edaran BPH Migas agar Premium tetap tersedia di seluruh SPBU.

“Dengan mayoritas konsumen sudah pindah ke Pertalite dan Pertamax, maka roadmap Pertamina menuju Euro IV sudah semakin siap dijalankan. Apalagi saat ini didukung dengan rendahnya harga minyak mentah,” kata dia.

Langkah berikutnya adalah peluncuran Pertamax Turbo RON 98 dan dilanjutkan penghapusan Pertamax Plus RON 95 pada tahun 2017. Sehingga saat ini tersedia Premium RON 88, Pertalite RON 90, Pertamax RON 92 dan Pertamax Turbo RON 98.

Sebagaimana diketahui bahwa Euro IV mensyaratkan RON minimum 91. Oleh karena itulah menurut Ahmad Pertamina punya 2 pilihan untuk perubahan produk untuk mencapai Euro IV yaitu pertama Pertalite naik ke RON 91, Pertamax naik ke RON 94 sehingga tersedia RON 91, 94 dan 98. Atau pilihan kedua Pertalite naik ke RON 92, Pertamax naik ke RON 95 sehingga tersedia RON 92, 95 dan 98.

Apapun yang dipilih, akan berpengaruh pada strategi marketing secara menyeluruh. Pilihan pertama, membuat Pertamina “berbeda” dengan para pesaingnya dan tetap memenuhi Euro IV. “Sedangkan pilihan kedua, itu jenis-jenis BBM yang banyak dijual oleh para pesaing khususnya RON 92 dan RON 95,” kata Ahmad.

Ahmad Bambang mengatakan sekarang saatnya bagi Pertamina untuk melanjutkan roadmap penataan BBM tersebut, sekaligus memenuhi standard Euro IV, meningkatkan kualitas lingkungan, menurunkan besaran subsidi energi yang memberatkan negara, serta masyarakat sudah siap menerima hal tersebut.(RA/RI)