Pada 2019, konsumsi LPG juga diprediksi akan melebihi realisasi tahun lalu. Peningkatannya bahkan mencapai 7% atau menjadi 6,978 juta MT.(Foto/Dunia-Energi/Alfian)

JAKARTA – Peningkatan konsumsi LPG (Liquified Petroleum Gas) bersubsidi kemasan 3 kilogram sepanjang 2018 tercatat melebihi kuota yang sudah ditetapkan pemerintah. Berdasarkan data realisasi penyaluran LPG 3 kg subsidi unaudited yang disampaikan PT Pertamina (Persero) di Komisi VII DPR terungkap bahwa selama tahun lalu konsumsi mencapai 6,552 juta metrik ton (MT).

“Tahun lalu itu 6,552 juta MT masih unaudited, lebih sekitar 1,6% dari kuota yang ditetapkan sebesar 6,450 juta MT ,” kata Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina disela rapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin (4/2).

Realisasi tahun lalu sudah jauh melampaui realisasi 2017 yang mencapai 6,293 juta MT atau naik 4,1%.

Pada 2019, konsumsi LPG juga diprediksi akan melebihi realisasi tahun lalu. Peningkatannya bahkan mencapai 7% atau menjadi 6,978 juta MT.

“Peningkatan konsumsi tahun ini seiring dengan program LPG 3 kg untuk petani,” tukas Nicke.

Menurut Nicke, Pertamina sebenarnya telah mengirimkan prediksi peningkatan volume penggunaan LPG 3 kg bersubsidi kepada pemerintah sejak Februari 2018. Selain itu, perseroan juga telah melaporkan secara berkala ke Kementerian ESDM.

Pertumbuhan konsumsi LPG dalam jangka waktu lima tahun terakhir tercatat sangat pesat. Data Pertamina dalam lima tahun menunjukkan konsumsi LPG tumbuh hingga sekitar 2 juta MT.

Jika pada 2013 konsumsinya hanya 4,403 juta MT, pada 2016 konsumsi LPG 3 kg sudah menjadi 6,004 juta MT.

Indonesia sendiri sebenarnya masih belum bisa memproduksi LPG untuk memenuhi semua kebutuhan. Kemampuan produksi LPG Indonesia hanya berkisar 30% dari seluruh kebutuhannya yang bisa diproduksi di fasilitas LPG dalam negeri. Sisanya, sebesar 70% harus dipenuhi dari impor. (RI)