JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk menargetkan dampak pembentukan holding migas atau integrasi dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) baru akan dirasakan paling tidak dua tahun kedepan. Pasalnya, proses integrasi yang sudah diinisiasi pada tahun ini memerlukan waktu akibat besarnya aset kedua perusahaan.

“Kami sudah punya timeline. Jadi dalam tahun ini sudah ada beberapa upaya untuk integrasi, tahun depan implementasi, dan dua – tiga tahun ke depan mulai memperlihatkan dampak. Peningkatan baru dua tahun dari sekarang, jadi kira-kira 2020,” kata Gigih Prakoso, Direktur Utama PGN di Jakarta, Selasa (25/6).

Menurut Gigih, sebagai hasil dari integrasi sudah sewajarnya terdapat peningkatan dari sisi pendapatan perusahaan maupun value chain seperti yang sudah ditargetkan.

“Kalau integrasi dan akuisisi harus ada value added-nya. Mudah-mudahan bisa kelihatan, dari sisi pendapatan dan revenue sales gas juga,” ungkap mantan salah satu direksi Pertamina itu.

Gigih juga memastikan efisiensi dari sisi belanja modal (capital expenditure/capex) akan menjadi salah satu target yang harus diwujudkan dari sinergi subholding gas. Selama bertahun-tahun pemborosan capex diakui terjadi ketika Pertagas dan PGN masih berjalan sendiri-sendiri lantaran masing-masing menyiapkan investasi dalam satu wilayah yang sama.

Salah satu contoh integrasi yang sudah mulai diinisasi adalah di Sumatera Utara. PGN yang sudah memiliki fasilitas pipa, namun belum dapat dimanfaatkan lantaran ketiadaan pasokan gas. Dengan terbentuk holding migas maka gas yang dimiliki PT Pertamina (Persero) langsung bisa dimanfaatkan.

“Kebetulan Pertagas ada gas langsung dimaksimalkan. Jadi bisa jualan dan tambah revenue. Kami punya beberapa quick wins, harus jalan seperti tadi manfaatkan pipa yang ada tapi tidak ada gasnya untuk disalurkan,” papar Gigih.

Untuk strategi jangka pendek, lanjut dia, tidak perlu menunggu untuk sampai dua tahun diselesaikan. Integrasi juga nantinya diharapkan bisa melahirkan pasar baru. “Misalnya di Dumai, kita selesai bangun pipa transmisi nanti langsung sambung ke pipa distribusi. Pipa distribusi ini kan karena baru perlu pengembangan pasar, kami kerjakan bareng-bareng jadi tumbuh revenue dan pasar baru,” ungkapnya.

Akuisisi Pertagas

Integrasi PGN dengan Pertagas dibawah payung Pertamina sebagai holding BUMN migas, selain dari sisi operasional juga dari sisi penyelesaian akuisisi Pertagas oleh PGN yang masuk tahap finalisasi.

Gigih mengatakan pembayaran untuk akuisisi dibagi menjadi dua tahap. Pada tahap pertama akan dilakukan pada akhir September. “Ini sudah disepakati dua tahap pembayaran,” katanya.

Menurut  Gigih, sumber dana akuisisi 51% saham Pertagas sensitif Rp16,6 triliun berasal dari kas internal PGN dan pinjaman. Pada tahap pertama, pembayaran banyak mengandalkan kas internal. Sebagian lainnya akan dipenuhi dari pinjaman. “Internal sebagian masih bisa untuk akuisisi,” tandas Gigih.(RI)