JAKARTA – Kekhawatiran mengenai pertumbuhan global dan ketidakpastian perdagangan akan kembali membuat harga minyak bergerak fluktuatif. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang relatif stabil setelah mendekati US$52 pada sesi sebelumnya diperkirakan hanya bertahan sebentar.

“AgarĀ bears dapat kembali berkuasa, harga harus mencapai penutupan harian di bawah US$52 per barel Sebaliknya, apabila harga terus menguat di atas US$54,35, level penting berikutnya adalah US$55.” ujar Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, Jumat (25/1).

Harga minyak WTI pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) untuk pengiriman Maret naik 51 sen menjadi US$53,13 per barel di New York Mercantile Exchange. Untuk minyak mentah Brent pengiriman Maret turun lima sen menjadi US$61,09 per barel di London ICE Futures Exchange, seperti dikutip Antara.

Para pedagang memperhatikan ancaman sanksi-sanksi AS terhadap Venezuela, yang akan menyebabkan pasar menjadi lebih ketat.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Rabu (23/1), Amerika Serikat telah mengakui pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai “presiden sementara” negara itu, sebuah langkah yang muncul setelah Nicolas Maduro dilantik sebagai presiden negara Amerika Latin tersebut awal bulan ini.

Trump menambahkan bahwa Amerika Serikat akan terus menggunakan kekuatan ekonomi dan diplomatik untuk mendesak “Pemulihan Demokrasi Venezuela.”

Namun demikian, dikutip dari Xinhua, kenaikan pasar dibatasi karena Badan Information Energi AS (EIA) melaporkan pada Kamis (24/1) bahwa persediaan minyak mentah negara itu melonjak delapan juta barel dalam pekan yang berakhir 18 Januari.

Dengan volume 445 juta barel, persediaan minyak mentah AS berada sekitar sembilan persen di atas rata-rata lima tahun untuk sepanjang tahun ini.(AT)