JAKARTA – Program cofiring biomass padan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan memnafaatkan biomassa Sebagai subtitusi (campuran) batu bara, terus digalakkan guna mendorong pencapaian target Energi Baru Terbarukan (EBT) 23% di tahun 2025 dalam bauran energi nasional.

Andriah Feby Misna, Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan Kementerian ESDM  telah membentuk tim teknis yang bertugas untuk pendampingan dan monitoring pada pelaksanaan implementasi komersial cofiring biomassa, terutama terkait pasokan bahan baku dan skema bisnis.

“Untuk roadmap pengembangan cofiring biomassa, masih dalam proses penyelesaian,” kata Feby, kepada Dunia Energi, Kamis (14/1).

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama PT PLN (Persero) telah menyusun rencana aksi dengan melibatkan berbagai pihak terkait pelaksanaan program cofiring biomassa pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Dalam rencana aksi tersebut antara lain penyelesaian yang sebelumnya direncanakan selesai pada Desember 2020, termasuk penentuan skala prioritas klister dari PLTU.

Cofiring merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan bauran energi, tanpa melakukan investasi, yang cepat dan juga mudah untuk dilakukan. Apalagi, dimasa Pandemi Covid 19 ini, dimana demand penggunaan energi mengalami penurunan, dan ketersediaan dana untuk investasi juga terbatas. Maka upaya subsitusi energi untuk jangka pendek dan menengah menjadi pilihan yang cerdas.

Cofiring pada PLTU telah teruji sebagai alternatif untuk mengurangi pemakaian batu bara dengan menggantikan sebagian batu bara dengan bahan bakar biomassa, dengan tetap memperhatikan kualitas bahan bakar sesuai kebutuhan. Selain mendukung kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional, program ini juga berdampak positif pada pengembangan ekonomi kerakyatan yang produktif serta juga dapat menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK), diharapkan nantinya emisi bisa diturunkan, dan dengan implementasi cofiring biomasa, kualitas udara dalam jangka panjang khususnya didaerah pembangkit menjadi lebih bersih dan sehat.

Sejumlah rencana aksi yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian ESDM terkait pengembangan cofiring biomassa, antara lain melakukan konsensus untuk RSNI pelet biomassa dan bahan bakar jumputan padat. Rencana aksi yang juga dilakukan, yaitu menyusun draft permen implementasi cofiring dan diperkuat dengan kajian akademis serta mulai melibatkan BUMDes setempat untuk membangun ekosistem listrik kerakyatan bersama K/L (Kementerian/Lembaga) terkait lainnya.

“(Roadmap pengembangan cofiring biomassa) targetnya kuartal I,” tandas Feby.(RA)