JAKARTA – Pemerintah optimistis rencana peningkatan produksi gas tidak akan sia-sia lantaran gas bumi diproyeksi menjadi energi utama di dunia. Jika target produksi gas sebesar 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMsdcfd) tercapai maka target pasar yang diincar tidak hanya di dalam negeri namun juga diperuntukkan untuk diekspor.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menuturkan kawasan Asia Pasifik tetap menjadi salah satu target utama pemasaran gas Indonesia.

Menurutnya peran gas alam dalam transisi energi menjadi lebih penting karena sifat gas yang mudah ditransportasikan dan disimpan.

“Dan yang terpenting adalah faktor emisi karbonnya. Sumber energi bersih ini akan berkembang terutama di Asia Pasifik, termasuk Indonesia,” ungkap Tutuka (11/10).

Indonesia kata Tutuka telah berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030 dan hingga 41 persen dengan dukungan internasional termasuk teknologi dan keuangan.

Sektor energi berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 314 juta ton CO2e menjadi 398 juta ton CO2e pada tahun 2030 melalui pengembangan energi terbarukan, penerapan konservasi energi, serta penerapan teknologi energi bersih. “Karena itulah, peran gas sebagai energi transisi sangat penting,” ujar dia.

Serapan gas domestik tetap jadi prioritas. Saat ini, lebih dari 60 persen produksi gas Indonesia digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam Rencana Umum Energi Nasional, gas bumi ditargetkan mencapai porsi 24 persen dalam bauran energi nasional tahun 2050. “Cadangan Gas Indonesia antara lain menjadi salah satu faktor penentu target tersebut,” tambah Tutuka.

Konsumen gas terbesar dalam negeri adalah industri sebesar 28,22 persen, listrik 12,04 persen dan pupuk sebesar 12,45 persen. Sedangkan 20,05% diekspor dalam bentuk LNG dan sebanyak 13,15 persen diekspor melalui pipa. Total konsumsi gas pada Juni 2021 mencapai 5.661,38 BBUTD.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya industri maupun pembangkit listrik, Pemerintah terus meningkatkan pembangunan infrastruktur dan pembangunan transmisi pipa gas. Antara lain, pipa Cirebon-Semarang tie in West Natuna Transportation System (WNTS)-Pemping dan Sei ruas Mangkei-Dumai.

“Selain itu, pengembangan pipa LNG skala kecil dan virtual untuk mengamankan pasokan energi di daerah-daerah yang terkendala faktor geografis, seperti di pulau-pulau kecil terutama yang berlokasi di bagian timur Indonesia,” jelas Tutuka.

Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada 2030. Berdasarkan pengukuran Neraca Gas Indonesia, diperkirakan ada potensi surplus untuk memasok kebutuhan industri baru di dalam negeri atau untuk diekspor.(RI)