JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan menggenjot penerapan teknologi carbon capture (CO2). Selain sebagai komitmen untuk peningkatan kualitas manajemen terhadap lingkungan di area operasi teknologi tersebut juga dapat membantu meningkatkan produksi minyak.

Nicke Widyawati Direktur Utama Pertamina, mengungkapkan ketika CO2 sxudah bisa ditangkap maka akan diinjeksikan lagi ke dalam reservoir untuk dimanfaatkan dalam kegiatan penambahan produksi minyak (Enhanced Oil Recovery/EOR). Penerapan teknologi ini sudah dan akan dimulai di Lapangan Sukowati dan Gundih.

“Jadi kami ada carbon capture, CO2 yang ada direservoir itu dikumpulkan lalu diinjeksikan lagi ke sumur. Itu bagian dari Enhanced Oil Recovery (EOR) yang diharapkan bisa menambah produksi,” kata Nicke, Kamis (4/2).

Menurut Nicke, jika penerapan injeksi CO2 di dua lapangan itu lancar akan menjadi titik terang terhadap pengelolaan Blok East Natuna yang juga memilki kandungan CO2 sangat tinggi diatas 70%.

“Kalau injeksi CO2 bisa diterapkan di dua lapangan itu, kami ada Natuna yang CO2-nya tinggi. Nah itu bisa diterapkan di Natuna nanti,” kata dia.

Blok East Natuna sudah ditugaskan pemerintah ke Pertamina untuk dikelola. Blok ini memang sudah lama diproyeksikan pemerintah memiliki cadangan gas dalam jumlah besar. Tapi dibalik itu kadungan CO2-nya juga sangat tinggi mencapai 72%. Ini yang menyebabkan gas di East Natuna sudah bertahun-tahun tidak termonetisasi lantaran butuh biaya besar dan teknologi canggih. Bahkan sudah lebih dari tiga tahun terakhir tidak ada lagi kelanjutan pengembangan Blok East Natuna. Hal ini seiring keputusan ExxonMobil yang sebelumnya merupakan bagian dari konsorsium East Natuna bersama Pertamina dan PTT EP memilih hengkang dan tidak melanjutkan kerja sama.

Tidak berapa lama kemudian PTT juga memutuskan keluar dari konsorsium. Alhasil tersisa Pertamina yang kini menjadi andalan untuk mengelola blok yang ditaksir memiliki total cadangan gas sebesar 46 TCF atau empat kali cadangan Blok Masela yang mencapai 10,7 TCF.

Teknologi pemisahan gas ini yang masih belum bisa dikembangkan di dalam negeri sehingga perlu mitra yang sudah berpengalaman untuk lakukan pemisahan CO2.

Selain CO2 yang tinggi sehingga butuh teknologi yang tepat, pengembangan blok East Natuna juga perlu dipersiapkan konsumen gasnya untuk meningkatkan keekonomian proyek. Dengan tingkat CO2 mencapai 70% konsumen yang cocok untuk menyerap gas East Natuna adalah dari sektor industri petrokimia.

Proyek EOR Lapangan Sukowati PEP Asset 4 akan menjadi basis untuk mulai melakukan pengembangan di Blok East Natuna. EOR di Sukowati diperkirakan baru bisa dijalankan secara penuh pada 2025 mendatang.(RI)