JAKARTA – Indonesia segera memulai babak baru dalan pengembangan blok minyak dan gas nonkonvensional seiring akan diberikannya persetujuan pengembangan Blok Coalbed Methane (CBM) Tanjung Enim oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Djoko Siswanto, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, mengatakan Blok CBM Tanjung Enim adalah blok nonkonvensional pertama yang dikembangkan di Indonesia. Rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) blok tersebut hanya tinggal ditandatangani Menteri ESDM Arifin Tasrif pada Januari 2020.

“Mudah mudahan CBM pertama di Indonesia dapat ditandatangani PoD-nya. Mudah-mudahan tahun depan yang pertama kali di Tanjung Enim,” ujar Djoko di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (31/12).

Untuk tahap awal, gas CBM akan diproduksi dengan volume rata-rata sekitar 25 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Volume gas CBM bisa terus ditingkatkan sesuai dengan permintaan.

“Tahap awal 25 mmscfd. Kalau ini berhasil bisa dikembangkan lagi, bisa ratusan juga,” kata Djoko.

Kontrak kerja GMB Tanjung Enim ditandatangani pada 4 Agustus 2009 dengan operator Dart Energy, anak usaha dari NuEnergy, perusahaan migas yang terdaftar di Bursa Australia melalui Dart Energy (Tanjung Enim) Pte, Ltd juga menguasai hak partisipasi (Participating Interest/PI) 45%. Sisanya, dikuasaiĀ  PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Petra Enim sebesar 27,5% dan PT Bukit Asam Metana Enim 27,5%. Lapangan Tanjung Enim area A dan B berlokasi di Muara Enim, Sumatera Selatan.

Selama ini pengembangan blok migas unkonvensional terkesan lambat lantaran mahalnya pembiayaan. Apalagi harga minyak dunia yang anjlok beberapa tahun belakangan membuat pengembangannya dianggap tidak ekonomis. Namun pergerakan harga minyak dunia dalam setahun terakhir yang makin membaik membuat keekonomian pengembangan blok nonkonvensional juga ikut membaik.

Beberapa kegiatan sudah dilakukan Dart Energy sebagai operator, seperti melakukan pengeboran 13 sumur eksplorasi dan telah melakukan tes produksi di enam sumur produksi. “Enam sumur tes produksi, sudah dilakukan tes produksi, 13 sumur eksplorasi,” tukas Djoko.

Untuk Blok CBM Tanjung Enim sudah memiliki keekonomian yang cukup baik, sehingga kontraktor juga bisa melanjutkan pengembangannya. Bahkan harga gasnya bisa ditekan hingga dibawah US$5 per MMBTU. “Masalah keekonomian dengan harga gas, mudah-mudahan sudah beres,” kata Djoko.

PT Pertamina Gas (Pertagas) telah siap untuk menyerap gas dari CBM Tanjung Enim. “Sudah ada Pertagas (calon pembeli), nanti mereka yang distribusikan ke konsumen akhir,” kata Djoko.(RI)