JAKARTA– Harga minyak di pasar global kembali melemah pada perdagangan Kamis (12/3) waktu Indonesia. Penurunan terjadi setelah pernyataan virus corona (covid-19) sebagai pandemi global oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta wacana peningakatan produksi minyak Arab Saudi sebagai imbas perang harga dengan Rusia. Mengutip Bloomberg, Kamis (12/3) pukul 08.42 WIB harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 turun 3,55% ke level US$ 34,52 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 turun 3,85% ke level US$31,71 per barel.
Penurunan harga minyak ini berpengaruh terhadap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di dalam negeri, salah satunya PT Pertamina EP. Kendati demikian, manajemen Pertamina EP (PEP) tetap berkomitmen untuk tidak melakukan revisi terhadap semua proyeksi, terutama target produksi. Tahun ini, PEP memproyeksikan produksi minyak 85.000 barel per hari (BOPD). Ini berasal dari PEP Asset 5 sebesar 18.478 BOPD, PEP Asset 2 sebesar 17.985 BOPD, PEP Asset 4 sebesar 16.403 BOPD, serta PEP Asset 1 sebesar 14.624 BOPD dan PEP Asset 3 sebanyak 13.656 BOPD dan Business Partnership 3.853 BOPD.
Sedangkan gas diproyeksikan sebanyak 932 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Target produksi ini berasal dari PEP Asset 2 sebesar 362 MMSCFD, PEP Asset 3 sebesr 279 MMSCFD, PEP ASSET 4 sebesar 170 MMSCFD, dan PEP Asset 1 sebesar 90 MMSCFD. Sisanya beraal dari PEP Asset 5 sebesar 16 MMSCFD dan Business Partnership 15 MMSCFD.
“Saya sudah meeting dengan Deputi Perencanaan SKK Migas dan tim. Sebelumnya saya juga ikut dalam Rakor Kementerian ESDM. Kami tetap fokus melaksanakan work program dan budget (WP&B) dan mengeksekusinya dengan catatan kita lebih konsern, aware terhadap cost,” ujar Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf dalam pernyataan tertulis kepada Dunia-Energi, Kamis (12/3).
Pada Rabu (11/3) sore, Nanang bersama jajaran direksi PEP, Vice President, dan Manajer PEP melakukan video conference dengan para General Manager dan Manajer seluruh Asset di lingkungan Pertamina EP di Jakarta. Dalam video conference tersebut Nanang memberikan instruksi kepada Field Manager dan General Manager yang menjadi kepanjangan tangan BOD/Manajemen PEP di lapangan.
Menurut Nanang, kondisi perekonomian dunia saat ini sulit sehingga harga minyak ikut tertekan. Tren harga minyak saat ini belum bisa ditentukan apakah akan berlangsung lama, pendek atau akan rebound. Kondisi ini diperparah dengan wabah virus Corona atau covid-19 yang melanda beberapa negara terutama China. Tapi Nanang masih optimistis jika harga minyak nantinya akan naik lagi.
“Saat ini adalah momentum yang menantang (challenge) bagi industri hulu migas. Dalam kondisi tersebut, PEP dan KKKS diuji dengan kondisi supaya tetap bertahan. Strateginya adalah tetap utamakan keselamatan kerja plus cost effectiveness, baru yang lainnya,” ujar dia.
Nanang optimistis PEP bisa melalui masa sulit akibat penurunan harga minyak dunia yang terjadi dengan sangat cepat dalam beberapa hari terakhir. Apalagi PEP memiliki pengalaman operasi di tengah rendahnya harga minyak sehingga kondisi saat ini bukan hal yang terlalu mengejutkan. PEP telah menyiapkan strategi jika kondisi anjloknya harga minyak terus berlangsung dalam waktu yang tidak lama.
Dia meminta para FM dan GM sebagai perpanjangan tangan manajemen PEP untuk melakukan efisiensi beberapa program yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasi produksi. PEP tetap menjalankan WP&B dengan pelaksanaan seefektif mungkin. Tidak ada pembatasan biaya sepanjang setiap biaya yang dikeluarkan berdampak pada peningkatan kinerja, produksi, cadangan, HSSE, dsb. “Hal-Hal yang tidak berhubungan dengan produksi dan peningkatan cadangan dan sebagainya, ya kita tidak lakukan,” katanya.
Nanang mencontohkan, target 108 sumur pengembangan PEP tahun ini hingga completion, bukan hanya sampai tajak. Hal ini dikarenakan hasil dari pemboran sumur tersebut dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian angka produksi yang sudah ditetapkan pada tahun berjalan.
Pemboran yang dilakukan di awal, tengah dan akhir tahun akan menghasilkan kontribusi yang berbeda. Karena itu, manajemen PEP minta pengeboran sumur pengembangan dilakukan secara agresif di awal tahun supaya kontribusinya panjang.
Kegiatan eksplorasi juga sama. Menurut Nanang, ada 11 sumur selesai sampai completion. FM dan GM harus mengkalkulasi sumber daya yang didapatkan (2C) dari hasil kegiatan eksplorasi, termasuk survei seismik ada 2D dan 3D dijalankan.
“Anda para GM dan FM adalah leaders, harus bedakan critical, urgent, penting, dan mana yang biasa. Kita akan hadapi itu. Selalu harus pertimbangkan dampaknya yang cepat, besar dan murah tentu saja,” ujarnya. (RA)
Komentar Terbaru