JAKARTA – Pemerintah menjadikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata sebagai model pembangunan PLTS Terapung yang akan semakin masif didorong.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, mengatakan PLTS Terapung akan menjadi andalan dalam mengejar target bauran EBT. Konsep PLTS Terapung Cirata dinilai sebagai konsep ideal yang akan diduplikasi di waduk-waduk lainnya di tanah air.

Dadan mengatakan PLTS Terapung yang dibangun di waduk harus memiliki syarat takni juha telah tersedia Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kombinasi kedua pembangkit listrik ini akan mengatasi masalah intermiten yang biasa dialami pembangkit listrik berbasis EBT.

“Fokus pertama kita akan mencontoh PLTS Cirata itu  kombinasi yang baik antara PLTS Terapung dan ada PLTA nya. Jadi itu saling mengisi. Nantinya
isu intermiten variability bisa ditutup dengan baik oleh PLTA jadi itu seperti baterai. arahnya akan ke sana harganya menarik kapasitas bisa besar dan aspek keteknikan bagus,” kata Dadan kepada Dunia Energi, Senin (25/1).

Dadan mengatakan berdasarkan pendataan yang dilakukan potensi listrik yang bisa dihasilkan waduk-waduk yang dibangun oleh Kementerian PUPR mencapai 6.600 Megawatt (MW). Tapi tidak semua waduk itu bisa dibangun PLTS Terapung karena salah satu syarat pendukung yang utama jika mau membangun PLTS Terapung harus ada pembangkit listrik lainnya sebagai pendamping.

“Potensi waduk 6,6 GW (6.600 MW) itu milik PUPR tapi tidak semua waduk ada PLTA nya. 2.000 MW khusus yang PLTA-nya yg bisa dikombinasikan dengan PLTS yang dicarikan yang ada PLTA nya jadi waduk yang ada PLTA itu 2000 MW. Ada PLTA supaya kualitas listriknya baik,” ungkap Dadan.

Dalam target pemerintah yang dicanangkan oleh Kementerian ESDM pada 2025 nanti kapasitas PLTS akan mencapai 5.130 Megawatt (MW) meningkat jauh ketimbang tahun ini yang ditargetkan hanya 280 MW. Kemudian kapasitasnya akan melesat hingga 2035 nanti mencapai 17.687 MW.(RI)